bontangpost.id – Harga minyak goreng di Kota Taman mengalami kenaikan, belakangan ini. Menanggapi itu, Pemkot Bontang berencana menggelar operasi pasar. Kabid Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Debora Kristiani mengatakan pihaknya bakal mengajukan permohonan untuk penyuplaian minyak goreng ke Pemprov Kaltim.
“Senin ini kami kirim suratnya,” kata Debora.
Nantinya surat itu juga ditujukan ke Toko Tani Indonesia yang berlokasi di Samarinda. Harapannya bisa mendapatkan pasokan minyak goreng dengan harga produsen. Artinya di bawah harga pasaran. Dijelaskan dia, beberapa waktu lalu harga untuk kemasan dua liter yakni Rp 29 ribu. Menurutnya permohonan ini lantaran tidak adanya anggaran untuk menggelar operasi pasar.
“Upaya kami ialah bekerja sama dengan Toko Tani untuk mengadakan operasi pasar. Harapannya mereka bisa menyediakan barang,” ucapnya.
Dengan operasi pasar ini tujuannya bisa menurunkan kembali harga pasaran minyak goreng. Pada saat Hari Pangan Nasional, DKP3 telah menggelar kegiatan serupa. Tetapi hanya menjangkau wilayah Kanaan. Hasilnya, masyarakat sangat antusias dengan pangan harga murah. Terbukti jumlah produk yang diperjualkan laris.
Disebutkan dia, mahalnya harga minyak goreng ini bukan hanya di Bontang. Melainkan global. Lantaran kenaikan harga minyak dunia. Di tambah pengiriman logistik selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) terhambat adanya ketentuan berlaku.
“Harapannya dengan sudah menurunnya kondisi pandemi, berimbas ke harga jual minyak goreng,” tutur dia.
Meski mahal, pasokan minyak goreng ini masih terbilang aman. Ia juga meminta masyarakat untuk tidak khawatir. Diberitakan sebelumnya, salah satu penjual sembako di Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin) Hanafi mengatakan kondisi ini terjadi sejak sebulan belakangan. Harga minyak goreng merek Bimoli berisi satu liter sebelumnya dibanderol seharga Rp 16 ribu. Kini menjadi 19 ribu rupiah.
Sementara kemasan dua liter yang bulan lalu dijual 30 ribu rupiah naik menjadi Rp 37 ribu. Adapun kemasan lima liter dari Rp 80 ribu sebelumnya berubah ke Rp 95 ribu. Ia menjelaskan meningkatnya harga bahan baku menjadi biang melonjaknya harga eceran penjualan minyak goreng.
“Sekarang harga sawit mahal itu informasi yang saya dengar. Jadi imbasnya ke harga minyak goreng juga terus naik,” kata Hanafi.
Pedagang yang berjualan di dekat lapak sayuran lantai dua pasar ini menjelaskan akibat mahalnya harga minya goreng, konsumen menjadi sepi. Umumnya mereka mencari selisih harga yang lebih relatif murah ke tempat lain. “Ini saya duduk selama tiga jam belum ada yang beli. Mereka (konsumen) hanya tanya-tanya harganya saja. Mungkin dibandingkan dengan tempat lain,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post