bontangpost.id – Masyarakat Balikpapan mengeluhkan tingginya harga tiket pesawat domestik.
Banyak yang membandingkan bahwa harga tiket ke luar negeri, seperti Malaysia, jauh lebih murah.
Hanya dengan ratusan ribu rupiah, sudah bisa terbang ke luar negeri, sedangkan penerbangan domestik di Indonesia memerlukan biaya hingga jutaan rupiah.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Balikpapan, Cokorda Ratih Kusuma, menyatakan bahwa pemerintah telah mengajukan permohonan penting untuk menambah rute-rute baru dan jumlah penerbangan dalam negeri.
Langkah ini diharapkan dapat menekan harga tiket pesawat yang tinggi, yang menjadi hambatan bagi perkembangan sektor pariwisata lokal.
“Minat masyarakat Balikpapan untuk melakukan perjalanan langsung ke luar negeri masih rendah, ini juga beriringan dengan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Balikpapan,” kata Ratih.
Pasca pandemi atau new normal, pemerintah menggalakkan travel pattern. Travel pattern adalah pola perjalanan di mana wisatawan bisa berkunjung ke beberapa destinasi dalam satu paket wisata.
Konsep yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisata dengan menawarkan perjalanan yang lebih menarik.
“Dengan travel pattern, tidak hanya memberikan pengalaman lebih bagi wisatawan, tetapi juga mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Kami mendorong agar lebih banyak orang melakukan penerbangan antar daerah,” kata Ratih.
Beberapa destinasi sudah menerapkan travel pattern, seperti Jogjakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar).
Travel pattern Joglosemar menjadikan Candi Borobudur sebagai daya tarik utama. Konsep ini diharapkan juga dapat meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan ekonomi kreatif baru, dengan membuka peluang pengadaan tempat singgah, pusat oleh-oleh, restoran, hingga desa wisata di sekitar wilayah travel pattern.
“Kami mendorong travel pattern di Balikpapan, apalagi dengan adanya IKN (Ibu Kota Nusantara), sehingga bisa dikembangkan dengan daerah sekitarnya, misalnya Balikpapan ke Berau atau daerah lainnya,” tambahnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, Soegianto, menuturkan bahwa selain biaya avtur yang tinggi, harga tiket sering melonjak saat musim liburan dan kondisi tertentu, seperti beberapa waktu lalu untuk penerbangan ke Balikpapan.
Menurutnya, harga tiket pesawat harus dapat ditekan agar lebih banyak tamu yang datang.
“Saya dengar dari kawan, kebijakan subsidi tiket pesawat yang diterapkan oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, membuat harga tiket ke sana jauh lebih terjangkau. Apakah Indonesia bisa memberikan subsidi juga? Saya tidak bisa berbicara lebih panjang, hanya saja tentu ada perhitungan. Bila saja penerbangan domestik disubsidi, maka perekonomian akan cepat meningkat pula,” jelas Soegianto.
Soegianto juga menyatakan bahwa pemerintah kota Balikpapan sudah melakukan pertemuan dan bersurat kepada pihak terkait mengenai mahalnya harga tiket. Lebih lanjut, ia berkata bahwa jika harga tiket pesawat dapat ditekan, maka akan semakin banyak kegiatan yang diadakan di daerah dan tamu yang berkunjung akan meningkat.
“Jika harga tiket murah, otomatis pengunjung akan naik dan ekonomi masyarakat akan berdampak positif. Dengan adanya IKN dan penambahan rute penerbangan baru, prospek pariwisata Balikpapan dapat meningkat. Tiket yang lebih terjangkau akan membawa lonjakan kunjungan wisatawan ke Balikpapan, yang juga akan mendongkrak perekonomian lokal secara positif,” tutupnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post