SANGATTA – Insiden di rumah tahanan Brimob Kelapa Dua, Depok Jawa Barat turut dirasakan warga Kutim. Warga Kutim, mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya.
Sejak Sabtu hingga Minggu (13/5) kemarin, warga beramai-ramai membubuhkan tanda tangan ungkapan duka pada spanduk yang dibentang di kawasan Polder Ilham Maulana, yang merupakan kawasan berkumpul masyarakat untuk berolahraga.
Mereka mengaku bersimpati terhadap insiden tersebut dan terus mendukung Polri dalam memberantas aksi terorisme.
Tak hanya itu, dihalaman Makopolres Kutim, juga dipadati ucapan belasungkawa dalam bentuk karangan bunga.
Sedikitnya ada 30 karangan bunga yang berbaris di depan lobi hingga ke bagian kiri dan kanan bangunan Polres Kutim.
“Ucapan terimakasih pada warga yang sudah bersimpati dengan mengirimkan karangan bunga maupun membubuhkan tanda tangan dukungan bagi Polri. Insiden aksi terorisme yang membuat enam anggota Polri gugur tak akan menyurutkan langkah kami untuk membasmi segala bentuk terorisme yang ada,” ujar Kapolres AKBP Teddy Ristiawan yang ikut hadir dalam momen tanda tangan belasungkawa tersebut.
Teddy mengaku, akan terus memerangi terorisme. Bahkan bagi mereka yang berpaham radikal. Karena hal itu sangat membahayakan. Sebab, pemahaman mereka salah dan membawa dampak buruk bagi masyarakat.
“Kita tidak takut. Kita harus lawan. Terorisme merupakan musuh bersama. Untuk itu mari kita cegah,” katanya.
Seperti diketahui, Kamis 10 Mei lalu, 150 narapidana terorisme melakukan aksi pemberontakan di Mako Brimob Kelapa Dua.
Mereka bahkan sempat menguasai senjata api milik aparat dan membobol ruang barang bukti, sebelum akhirnya menyerahkan diri. Dalam aksi tersebut, lima anggota polisi gugur dan satu tahanan.
Kejadian kembali terulang. Satu anggota Brimob Bripka Marhum Frenje kembali mendapatkan tikaman. Ia tewas karena pisau yang digunakan diduga beracun.
Tak cukup sampai disitu, pada Sabtu kembali terjadi pembakaran dan penggunaan Mapolsek Bayah Kecamatan Bayah, Lebak Banten. Namun pelakunya bukan teroris, melainkan para nelayan.
Diduga, kemarahan ratusan nelayan itu dipicu karena dua orang nelayan ditabrak pada saat terjadi penangkapan bos Benur di wilayah setempat.
Pada Minggu (13/5), kembali terjadi kejadian luar biasa. Tiga gereja di bom. Ketiga gereja itu adalah Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngegel, GKI di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna. Pada tragedi mematikan tersebut, 35 korban luka luka dan enam meninggal dunia. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post