bontangpost.id – Selain DBD dan stunting, penanganan penyakit tuberculosis alias TBC yang tersebar di Kota Bontang juga menjadi fokus pemerintah.
Diketahui, kasus penderita TBC di Kota Bontang diklaim tinggi. Pada 2022 saja Dinas Kesehatan Kota Bontang mencatat total ada 788 masyarakat Kota Bontang menderita TBC. 248 di antaranya diderita oleh anak-anak. Jumlah penderita TBC anak tersebut mengalami kenaikan drastis jika dibandingkan sepanjang 2021. Yakni 81 kasus.
Jika dipresentasikan, tahun ini 43,9 persen pengidap TBC merupakan orang dewasa, kemudian 34,8 persen di antaranya merupakan pengidap TBC anak, dan 21,2 persen sisanya TBC lansia.
Dari total kasus yang ada, Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Penyakit Menular Diskes Bontang Muhammad Ramzi mengungkapkan bahwa anak-anak yang terjangkit TBC didominasi oleh balita. Penyebabnya karena kontak langsung dengan penderita TBC atau sering kontak fisik dengan orang-orang di sekitarnya.
“Kita enggak pernah tahu yang kontak langsung dengan bayi apakah orang sehat atau tidak. Bahkan penyintas TBC pun berpotensi untuk menularkan melalui cairan tubuh. Seperti saat bersin dan sebagainya,” tuturnya saat dijumpai, Senin (19/6/2023).
Adapun, gejala yang ditimbulkan pada anak apabila mengalami TBC ialah batuk selama tiga minggu lebih. Biasanya berdahak dan terkadang disertai darah. Kemudian akan menyerang organ tubuh lain seperti menyerang paru-paru, tulang, usus, bahkan kelenjar tubuh.
Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat untuk segera melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat. Sebab, apabila penanganannya lambat maka akan memicu masalah gizi kronis yang berujung pada stunting. Sebab TBC dapat mengakibatkan hilangnya nafsu makan.
“Risiko TBC pada anak lebih tinggi. Mengingat daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Segera diperiksakan. Di Bontang itu banyak dokter spesialis. Jadi jangan khawatir,” bebernya.
Baca juga; Berikut Lima Kelurahan di Bontang Tertinggi Kasus TBC
Menanggapi hal itu, Wali Kota Bontang Basri Rase meminta dinas terkait untuk memaksimalkan penanganan. Salah satunya dengan melakukan validasi data. Jangan sampai, data yang tersaji saat ini tidak akurat dengan kondisi di lapangan.
“Kasus TBC memang tinggi. Bontang juga pernah menjadi salah satu penyumbang TBC terbanyak di Kaltim pada 2021 lalu. Makanya, saya minta untuk validasi data. Jangan sampai angka yang ada saat ini ternyata enggak sesuai dengan di lapangan,” bebernya.
Kendati demikian, Basri sangat bersyukur lantaran dari total 788 kasus, 716 di antaranya berhasil melakukan pengobatan dan saat ini tersisa 72 kasus.
“Semua penyakit kami prioritaskan. TBC salah satunya. Kan saat ini Bontang menuju kota sehat. Maka dari itu saya butuh kader untuk memonitoring masyarakat yang tidak terdeteksi TBC nya,” tuturnya.
Berdasarkan sebaran kasus kejadian per 100 ribu penduduk, terdapat lima kelurahan yang memiliki kasus TBC terbanyak. Kelurahan Bontang Kuala menjadi wilayah peringkat pertama untuk kasus TBC, kemudian disusul Kelurahan Guntung, dan Kelurahan Tanjung Laut. Selanjutnya Kelurahan Berebas Tengah serta Kelurahan Loktuan yang memiliki kasus tertinggi dari kelurahan lainnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: