bontangpost.id – Dinas Kesehatan Kota Bontang mencatat sejak Januari hingga September 2022 sebanyak 440 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi di Kota Bontang.
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Diskes Bontang Asniwati mengatakan sejak awal 2022 hingga saat ini Kelurahan Berebas Tengah menjadi wilayah yang bertahan dalam kasus tertinggi DBD. Yakni terdapat 63 kasus menyusul Kelurahan Tanjung Laut dan Kelurahan Api-Api masing-masing 49 kasus. Sedangkan Kelurahan Tanjung Laut Indah 39 kasus.
Sementara itu, kasus terendah berada di Kelurahan Bontang Lestari dengan total 2 kasus, Kelurahan Bontang Kuala 8 kasus, dan Kelurahan Kanaan 10 kasus.
“Per September 2021 itu ada 470 kasus. Meski tahun ini menurun tapi potensi untuk bertambah hingga akhir tahun tetap ada,” ucapnya, Kamis (6/10/2022).
Ia merincikan, pada Januari terdapat 40 kasus, Februari menurun menjadi 30, Maret 35 kasus, April kembali naik menjadi 46, Mei semakin melonjak dengan total 68, Juni 53 kasus, Juli 55 kasus, Agustus 71 kasus, dan September 42 kasus. Adapun kasus meninggal sebanyak 3 orang.
Diakui Asni, tantangan yang ia hadapi saat ini untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masyarakat dengan merubah pola kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tidaklah mudah.
“Segala upaya sudah dilakukan. Mulai dari pencegahan, edukasi, dan penyuluhan Jumat bersih di tengah masyarakat. Tapi sepertinya untuk merubah kebiasaan memang susah,” akunya.
Meski setiap ada kasus positif DBD yang didasarkan hasil PE (penyelidikan epidemiologi) langsung dilakukan fogging, namun menurutnya itu bukan lah sebuah solusi. Utamanya masyarakat dan lintas sektor lainnya harus memperkuat komitmen dengan menerapkan PHBS dan PSN.
“Fogging bukan solusi atasi DBD karena hanya membunuh nyamuk dewasa bukan jentiknya,” sambungnya.
Kata dia, upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka kasus DBD yakni dengan menerapkan metode Wolbachia. Metode ini yakni mengawinkan nyamuk Aedes Aegypti yang dikembangbiakkan di dalam ember yang dilubangi.
Setelah nyamuk Aedes Aegypti kawin dengan nyamuk yang sudah memiliki Wolbachia, peranakan nyamuk baru tidak lagi memiliki virus DBD.
Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue, sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resistensi, dan tidak menyebar ke dalam tubuh manusia.
“Semoga segera terealisasi. Soalnya kasus DBD di Bontang tertinggi se Kaltim. Prosesnya saat ini sedang pembahasan anggaran. Mudah-mudahan tahun depan bisa terealisasi,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: