TIDAK Jakarta, Kaltim turut jadi pasar bandar narkoba sejak lama. Mudahnya barang haram itu masuk lantaran jalur perlintasan begitu terbuka. Terlebih, berbatasan langsung dengan negara tetangga, Malaysia.
Memutus mata rantai peredaran narkoba di Kaltim, khususnya Samarinda, tak semudah membalikkan telapak tangan. Terhitung sejak Januari hingga Maret lalu, hampir 20-an kilogram narkoba jenis sabu-sabu masuk ke Kaltim. Catatan terbesar terjadi di pertengahan Maret lalu.
Kala itu Satresnarkoba Polresta Samarinda menggagalkan pengiriman sabu-sabu 10 kg yang hendak melewati Kota Tepian dengan tujuan Balikpapan.
Namun, hanya di level kurir hingga pengedar kelas teri yang diungkap. Petugas dari kepolisian maupun Badan Narkotika Nasional (BNN) kerap kewalahan untuk sampai ke bandar. “Lihat bagaimana sistem jaringan mereka, semuanya terputus, tapi mampu dikendalikan,” jelas Kasat Resnarkoba Polresta Samarinda Kompol Raden Sigit Satrio Hutomo saat diwawancarai, belum lama ini.
Perwira melati satu itu menyebut, alasan petugas sulit “menggigit” bandar adalah para kurir atau pengedar “pasang badan”. “Mereka tidak saling kenal. Kalau pun kenal, pasti bungkam, anak dan istri para kurir itu ada yang menjamin. Nah, di dalam penjara mereka seperti tak terbendung,” ungkap Sigit.
Sistem jejak yang digunakan para pelaku dan menggunakan nomor telepon rahasia, memang tak mudah diungkap. “Sampai ke lubang semut bandar tetap saya kejar,” jelasnya.
Teranyar, barang haram dengan jumlah yang terbilang lumayan, yakni 1,4 kilogram sabu-sabu digagalkan BNN Kaltim di kawasan perbatasan Samarinda-Kukar (Anggana). Kabid Pemberantasan BNN Kaltim AKBP Halomoan Tampubolon menyebut, ada dugaan jalur tak terlacak di kawasan pesisir. “Itu berdekatan dengan sungai, bisa diketahui tantangan terberatnya adalah geografis. Karena Kaltim luas, jalur sungai dan darat bisa ditembus dari berbagai arah,” ungkapnya.
Terkait menggagalkan peredaran kristal mematikan sebanyak itu, dia menyebut Samarinda, Balikpapan, dan Kukar, masih tetap tujuan utama peredaran. Meski diklaim penyalahgunanya sudah berkurang, Tampu–sapaan akrab Tampubolon– menyebut, jalur perlintasan di Kalimantan juga terbilang nyama. “Dari Kaltara bisa langsung ke Sulawesi, begitu pun dari Bontang, Samarinda, dan Balikpapan. Artinya, semua jalur harus diwaspadai,” tegasnya.
Tampu menyebut, para kurir dan pengedar yang ditangkap, kerap tak mengaku siapa yang memerintah mereka. “Sistem ‘pasang badan’ ya, jaringan terputus juga ya,” jelasnya. Ia tak ingin terlena dengan wabah corona yang menyerang.
“Narkoba itu enggak kenal siapa yang ditarget, sama seperti corona. Makanya kami juga pakai prosedur untuk melawan mereka (pelaku narkoba),” pungkasnya. (dra/dns/k8)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: