bontangpost.id – Tepat bakda Ashar, Nurma mulai membentang jaring halus dengan rangka kayu berukuran 3×4 meter di depan rumahnya. Pemukiman atas air RT 01 Selambai, Kelurahan Loktuan Bontang Utara. Seraya menikmati hembusan angin laut di sore hari, Nurma lalu menumpahkan satu karung penuh berisi limbah cangkang rajungan, di atas jaring dengan rangka kayu. Tak lama, lima ibu rumah tangga sekitar tiba menghampiri.
Sambil bercengkrama santai dalam posisi duduk melingkar diatas jaring rangka kayu, para ibu rumah tangga itu mulai memilah satu demi satu limbah rajungan, yang dari pagi dijemur Nurma. Limbah itu setiap hari dia dapat dari pengepul hasil laut di pelabuhan Loktuan.
Satu kali pengambilan, Nurma bisa mendapat hingga 8 kilogram limbah rajungan. Pemilahan pun disesuaikan jenisnya. Mulai dari jepit rajungan, tempurung, siku-siku hingga bagian jari yang dibuang.
“Delapan kilo bisa tiga karung. Itu kami dapat setiap hari karena sudah langganan,” ujar Nurma, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Setiap sore, para ibu rumah tangga bertugas memilah limbah cangkang rajungan sebagai bahan baku kitosan. Limbah sengaja di jemur terlebih dulu, untuk memudahkan pemilahan dibanding saat basah. Setelah dipilah, limbah itu akan dibawa ke rumah produksi untuk melalui serangkaian proses.
“Jadi tugas (ibu rumah tangga) disini hanya mengambil limbah dari pengepul, lalu memilah. Setelahnya dibawa oleh tim produksi,” tandas Nurma.
“Produksi berlangsung tiap hari. Kami terapkan dua shift, yakni pagi dan sore,” ucap Ilham.
Dalam satu bulan, rumah produksi ini mampu mengolah 150 Kg limbah rajungan, dengan hasil rata-rata 60 Kg berbentuk kitin. Dalam arti kata, untuk satu kali produksi, dihasilkan sekira 2 Kg kitin yang selanjutnya diolah menjadi kitosan cair untuk dipasarkan.
Penjualan terbesar saat ini ada pada kitin bubuk dengan pembeli tetap asal Jakarta. Sedangkan kitosan cair masih tahap penjajakan kerjasama penjualan, dengan sejumlah toko pertanian di Kota Bontang. Mengingat produk kitosan cair baru saja melalui uji efektivitas, untuk dosis tepat penggunaan sesuai jenis tanaman.
“Pengiriman kitin kami lakukan tiap bulan ke Jakarta sesuai kapasitas yang dihasilkan. Kalau kitosan cair, beberapa toko di Bontang sudah ada yang siap menerima produk kami,” tambah Rahman.
Uji efektivitas kitosan cair sudah berjalan satu tahun terakhir, bekerjasama dengan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Uji coba dilakukan pada jenis tanaman pangan, hortikultura hingga tanaman hias.
“Uji efektivitas sangat penting, agar penggunaan dosis sesuai jenis tanaman bisa dipastikan untuk petunjuk pemakaian yang tepat,” ungkap VP TJSL Pupuk Kaltim Anggono Wijaya, saat dikonfirmasi terpisah.
Selain menggandeng akademisi, demonstration plot (demplot) mandiri uji coba efektivitas kitosan cair juga dilakukan Pupuk Kaltim bersama mitra tani perusahaan. Salah satunya komoditas padi, dengan hasil rata-rata mencapai 7 ton per hektare (Ha), dari sebelumnya 5,5 ton/Ha.
“Selain itu juga ujicoba pada sawi. Didapati, serangan hama seperti ulat jadi berkurang. Sebagian besar daun juga tidak ada yang dimakan ulat setelah disemprot kitosan,” terang Anggono.
Dalam waktu dekat, Pupuk Kaltim juga akan menggelar workshop vertikultur bersama Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Bontang, untuk mengenalkan kitosan cair kelompok cangkang salona ke masyarakat. Agar uji efektivitas yang telah dilakukan bisa turut di ujicoba masyarakat Bontang, untuk mengetahui lebih jauh hasil yang didapatkan sesuai dosis pemakaian.
“Kita mulai lingkup terdekat dulu bagi warga Selambai, bertahap baru ke wilayah lain di Bontang,” ucap Anggono.
Menurut Anggono, pembinaan kelompok cangkang Salona yang dikelola warga Selambai ini akan terus dikembangkan Pupuk Kaltim. Mulai dari peningkatan kapasitas alat produksi, hingga perluasan potensi pasar. Seluruh tahapan akan didampingi Pupuk Kaltim secara intensif, agar mampu berjalan dengan lebih optimal.
Terlebih kualitas kitin yang dihasikan kelompok ini telah diakui pembeli, dengan komitmen kerjasama dalam jangka panjang. “Makanya produksi perlu kita dorong, agar kapasitas produksi saat ini 60 Kg dalam satu bulan bisa lebih meningkat lagi,” lanjut Anggono.
Dirinya optimis pengolahan limbah rajungan menjadi produk bernilai ekonomis pada program ini mampu berjalan optimal, mengingat potensinya yang terbilang besar. Hal ini salah satu upaya Pupuk Kaltim mendorong kemandirian masyarakat yang berdaya saing, dengan memanfaatkan peluang dari limbah yang selama ini terbuang.
“Sasaran inilah yang akan terus dikembangkan Pupuk Kaltim di sektor pemberdayaan, dengan memberikan nilai tambah yang berdampak ekonomi bagi masyarakat,” pungkas Anggono. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post