bontangpost.id – Epidemiolog Windhu Purnomo menyatakan, kasus di Covid-19 di Indonesia sudah semakin membaik. Hal itu ditunjukkan dari angka konfirmasi positif (positivity rate) yang semakin menurun.
Namun, menurut Windhu, situasi baru dapat dikatakan baik apabila positivity rate berada di bawah 5 persen. ”Misalnya Surabaya 9,62 persen hingga 21 September. Kita sempat mencapai 15,63 persen pada 4 September, tapi terus menurun. Situasi sudah membaik, tapi belum baik. Sebab, dinyatakan baik kalau di bawah 5 persen (positivity rate),” jelas Windhu ketika diwawancarai.
Pakar epidemiologi Universitas Airlangga itu juga menjelaskan, saat ini masih berisiko terkena Covid-19. Namun, tingkat hospitalisasi dan jumlah korban meninggal sudah makin kecil. Sejak Januari sistem kesehatan sudah tidak terbebani.
”Pada Februari, Covid-19 mencapai puncak tertinggi, tapi kita tidak sering mendengar misalnya ada ambulans atau mobil jenazah lewat dengan sirene. Beda dengan tahun lalu pada Juni sampai Agustus, setiap hari kita mendengar ambulans, rumah sakit penuh,” jelas Windhu.
Kondisi itu, menurut dia, didukung pelaksanaan vaksinasi. Cakupan vaksinasi di Indonesia maupun di Surabaya secara spesifik sudah baik. Hanya saja, untuk vaksin dosis ketiga atau booster, harus terus dikejar agar mencapai target.
”Untuk Surabaya, vaksinasi sudah bagus. Capaian vaksinasi dosis satu dan dua lebih dari seratus persen penduduk. Untuk dosis tiga masih harus dikejar, untuk semua daerah ya, minimal 70 persen lah sampai akhir tahun,” ujar Windhu.
Efektivitas vaksin juga tampak dari tingkat kematian dan hospitalisasi yang rendah walau adan virus subvarian baru. Windhu menerangkan, Omicron yang awalnya ditemukan di Indonesia akhir Desember 2021 merupakan subvarian BA.1. Kasusnya mencapai puncak pada 20 Februari 2022 dan melebihi Delta, tetapi dengan angka kematian dan hospitalisasi yang lebih rendah.
Dia menjelaskan, saat kasus mulai melandai, muncul subvarian BA.2 yang menimbulkan sedikit lonjakan kasus. Kemudian, muncul pula subvarian BA.4 dan BA.5 yang mencapai puncak kasus pada pertengahan Agustus dan saat ini sudah melandai.
”Varian atau subvarian baru selalu akan memunculkan lonjakan. Namun kabar baiknya, lonjakan yang belakangan ini terjadi kecil sekali. Kata kuncinya adalah vaksinasi. Kalau vaksinasi kita cakupannya tinggi, bisa tetap terinfeksi, tapi tanpa gejala. Masih ada yang meninggal, yaitu orang yang punya komorbid, lansia, atau yang belum divaksinasi,” terang Windhu.
Dengan semakin membaiknya kondisi saat ini, Windhu menyatakan, saat ini sudah dalam tahap transisi menuju endemi. Yakni kondisi saat kasus Covid-19 masih ada, tetapi sudah tidak menakutkan lagi. Selain positivity rate di bawah 5 persen, tingkat kematian dan hospitalisasi yang kecil, endemi juga ditandai dengan bilangan reproduksi efektif yang harus berada di bawah 1.
”Kalau angka reproduksi efektifnya 2, misalnya, berarti satu orang yang positif akan menulari dua orang lain, dan seterusnya. Sekarang, sejak pertengahan Agustus, Rt (angka reproduksi efektif) kita sudah di bawah 1, sekarang sudah 0,8,” papar Windhu.
Meski begitu, endemi dapat tercapai apabila tanda-tanda baik tersebut sudah konsisten berlangsung sekitar tiga hingga empat bulan berturut-turut. Oleh sebab itu, masyarakat harus tetap mempertahankan protokol kesehatan hingga situasi tetap aman sampai seterusnya.
”Kita harus sabar menunggu, sambil prokes tetap dilakukan, disiplin, vaksinasi dilengkapi. Mudah-mudahan akhir tahun kita sudah masuk ke endemi,” tutur Windhu. (jawapos)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post