bontangpost.id – Minimnya rambu lalu lintas laut sebagai penanda lokasi belat kerap membuat nelayan atau warga pesisir terperangkap.
Diketahui, belat merupakan bilah bambu yang dijalin dengan ijuk atau rotan, dipakai untuk mengurung ikan di laut atau di perairan.
Salah seorang warga pesisir Kampung Malahing Suwardi menceritakan bahwa pengalaman itu ia alami saat menjelang malam hari. Kala itu, kapal yang ia tumpangi terperosok ke dalam belat. Sehingga, ia tercebur ke dalamnya.
“Kalau malam kan enggak ada cahaya. Saya eonggak lihat kalau di situ ada belat. Untungnya bisa berenang dan langsung naik ke kapal. Pokoknya kalau sudah terperangkap di belat susah juga mau ke luar,” akunya.
Kata dia, kejadian itu tak hanya menimpa dirinya. Melainkan beberapa nelayan dan warga pesisir yang hanya sekadar melintasi area laut. Tak jarang di antara mereka terluka pasca terperangkap ke dalam belat.
“Malahan ada yang kakinya sampai berdarah akibat terkena belatnya itu,” sambungnya.
Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah dapat memberi bantuan berupa rambu lalu lintas laut atau sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang dipasang di setiap belat.
“Kan bahaya juga itu bisa mengakibatkan laka laut. Rambu yang kami maksud itu kalau disenter saat malam hari itu bisa nyala seperti yang di jalan raya. Jadi kami bisa waspada,” harapnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post