bontangpost.id – Komposisi kursi parlemen di Bontang bakal diwarnai dengan satu-satunya keterwakilan perempuan.
Jumlah tersebut menyusut bila dibandingkan dengan pileg periode sebelumnya yang masih diisi tiga anggota perempuan.
Nama Petahana dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sitti Yara muncul sebagai caleg yang berhasil meraih 3.590 suara dari dapil Bontang Utara. Angka tersebut disinyalir dapat mengamankan kursi wakil ketua.
Pengamat Politik Universitas Mulawarman Budiman mengatakan, sejatinya banyak caleg perempuan yang turut dalam pileg. Maka secara personal, mereka siap untuk bertarung. Hal tersebut pun mematahkan stigma bila keterwakilan perempuan hanya sebagai syarat memenuhi komposisi 30 persen menurut aturan.
“Artinya hal itu tidak valid,” katanya.
Sementara disinggung mengenai pengaruh satu perempuan di kursi DPRD, menurutnya satu hal yang perlu dikedepankan ketika melihat basis gender, yakni posisinya dalam unsur pimpinan. Dikarenakan secara umum, jumlah suara terbanyaklah yang dapat menduduki unsur pimpinan.
“Pun ada beberapa kasus internal partai yang menentukan, bukan berdasarkan jumlah suara tadi,” ujarnya.
Meskipun hanya satu, bila masuk dalam unsur pimpinan, maka dia dapat memiliki pengaruh dalam memperjuangkan aspirasi perempuan. Mengingat akan tetap berbeda jika dibandingkan dengan anggota.
“Yang jelas saya salut beliau (Sitti Yara) bisa tembus,” sebut dia.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa dia memiliki potensi. Tidak sekadar mencukupkan, sebab struktur caleg perempuan yang ada pun sejatinya ialah petarung.
Jika berkaca dari kontestasi DPD RI dapil Kaltim, dua caleg perempuan kemungkinan besar lolos. Di antaranya ialah petahana Aji Mirni Mawarni dan pendatang baru Sinta Rosma Yenti.
“Dari jumlah kuota empat kursi, 50 persen diisi oleh perempuan,” ujar dia.
Lebih jauh, membedah hasil pemilihan DPR RI, caleg Partai Golkar Hetifah dapat dipastikan berhasil mengisi satu kursi, setelah berhasil meraup sekitar 146.023 suara.
Menurutnya, ada sejumlah indikator yang mendukung. Pertama ialah modal sosial secara personal untuk masing-masing caleg. Kedua, dilihat dari kapabilitasnya. Terakhir, maraknya kasus money politic. “Apalagi Kota Bontang,” sambungnya.
Ketika petarung perempuan tidak siap dalam konteks finansial, di samping hal yang lainnya, maka secara otomatis dapat tersingkir
dengan sendirinya.
“Tapi memang faktornya banyak. Terutama interpersonal itu tadi,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post