BONTANG – Setiap pegawai, baik swasta maupun negeri yang terjerumus di lingkaran narkoba akan berpotensi melakukan tindak pidana korupsi. Hal ini disampaikan Basri Rase sebagai Wakil Wali Kota Bontang dan Kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Bontang.
Basri mengajak seluruh elemen masyarakat untuk komitmen menyatakan perang terhadap narkoba.
“Yang terjerat narkoba itu, jika dia pegawai maka akan berupaya mencari dana untuk membeli narkoba. Jika pejabat negara atau pejabat daerah maka sangat berpotensi melakukan korupsi,” jelas Basri saat ditemui beberapa waktu lalu.
Menurutnya, potensi tindak pidana korupsi terjadi karena yang bersangkutan membutuhkan modal atau dana untuk membeli narkoba. Mengingat harga narkoba yang terbilang mahal. “Dengan harga yang mahal, tidak mungkin mereka bisa mengandalkan gaji saja,” ujar dia.
Terlebih, disebutkan Basri, jika sudah merasakan narkoba, tentu orang tersebut akan ketagihan dan setiap 7 jam harus mengkonsumsi lagi. Karena kalau tidak, tubuhnya akan mengalami sakau atau gelisah. “Makanya kalau orang kaya pakai narkoba habis semua, pegawai atau pejabat juga bisa melakukan korupsi karena narkoba,” kata Basri.
Narkoba juga sudah merasuki berbagai tingkatan strata, hingga para pejabat juga banyak yang terjerat narkoba. Baik itu gubernur, wali kota, wakil wali kota, hakim,bahkan jaksa. “Pokoknya semua sudah ada yang terjerumus, bahkan hingga istri pejabat. Terakhir istri wakil wali kota Gorontalo, padahal suaminya ketua BNNK di Gorontalo, istrinya nyabu,” ujarnya.
Kata Basri, ini merupakan tugas semua untuk perang melawan narkoba. “Apalagi Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia sudah darurat narkoba, makanya kita harus perang melawan narkoba di seluruh instansi,” ungkapnya.
Jadi meskipun orang-orang berupaya memasukkan narkoba ke Indonesia dan mengharapkan keuntungan dari penjualan narkoba, orang Indonesia tidak ada yang membelinya. Karena ketika barang haram tersebut tidak laku dijual, tentu mereka tidak akan mencoba menyelundupkan lagi narkoba ke Indonesia. “Cuma masalahnya, orang Indonesia itu mudah dirayu, digombal, dan didekati itu gampang tergoda. Makanya harus berani menolak, jangan sampai karena barang tersebut dari luar negeri sehingga ingin membelinya. Intinya harus bisa tegas menolak dan komitmen untuk memerangi narkoba,” tutup Basri. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: