APA yang anda bayangkan dengan jelantah? Sebagian orang menganggap jelantah adalah hasil olahan pembawa masalah. Ingin digunakan kembali, merusak kesehatan. Dibuang merusak tanah dan lingkungan, ujung-ujungnya simalakama. Di tangan Pupuk Kaltim, jelantah menjadi “pelita” baru menerangi gelapnya samudera.
Seperti diketahui, Malahing adalah sebuah perkampungan di atas laut Bontang, terletak di RT 30 Kelurahan Tanjung Laut Indah. Dihuni 50 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk kurang lebih 217 jiwa. Siapa yang tidak membutuhkan listrik? Di mana sumber listrik diperlukan sebagai penggerak utamanya.
Pemkot Bontang mengakomodir listrik di Malahing dengan membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal kapasitas 15 Kwp. Ini cukup untuk menjadi pelita Malahing saat ini. Pada Juli 2017, PLTS mengalami kerusakan fungsi sehingga aliran listrik tidak tersalurkan ke rumah warga.
Penyebabnya adalah kerusakan komponen inverter. Pupuk Kaltim mencoba merespon keluhan masyarakat dengan menggandeng Sekolah Tinggi Teknologi (STITEK) Bontang. Bersama STITEK, Pupuk Kaltim mencoba memberikan kembali akses listrik dengan cara memperbaiki komponen PLTS yang rusak.
Pupuk Kaltim mencari alternatif solusi ketika peralatan dan komponen PLTS komunal rusak parah akibat cuaca ekstrim. Sembari menunggu delivery komponen, pilihan paling logis adalah menggunakan teknologi generator-set konvensional berbahan bakar diesel.
Dengan pertimbangan kemudahan untuk mobilisasi dan tidak memerlukan modifikasi khusus. Namun cara ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu genset diesel mempunyai aspek operasional yang cukup tinggi dalam penggunaan bahan bakar (solar).
Melalui diskusi lanjutan, Pupuk Kaltim mencoba menekan operasional penggunaan solar dengan menggunakan bahan bakar alternatif. Jelantah menjadi jawaban, minyak bekas olahan rumah tangga diolah menjadi bahan bakar subtitusi pengganti solar.
Berdasar dari bahan pembentuknya, bahan bakar alternatif dari bahan baku terbarukan tersusun dari berbagai ester asam lemak yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan dan lemak hewan. Bahan bakar alternatif ini disebut biodiesel.
Biodiesel memiliki sifat fisis, sama dengan minyak solar. Sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai pengganti solar (B-100) atau campuran solar (B-10 dan B-20) untuk kendaraan atau alat bermesin diesel. Seperti truk, kapal atau ketinting.
Biodiesel juga bisa digunakan sebagai minyak bakar karena mempunyai nilai kalori minimal 37 MJ/kg. Setelah melalui pengolahan, minyak jelantah bertransformasi menjadi biodiesel untuk di terapkan pada mesin generator area Malahing, sembari menunggu perbaikan PLTS dilaksanakan.
Menggunakan kapasitas daya 6.500 VA, generator berbahan bakar biodiesel dinyalakan pada sore hingga malam hari (17.00-24.00 Wita). Kebutuhan listrik Malahing berada di angka 4.000-7.500 watt bila seluruh KK menggunakan energi listrik sepenuhnya.
Akhirnya jelantah dapat memberikan kontribusi besar terhadap kelistrikan masyarakat Malahing. Program pemanfaatan sisa jelantah dapat mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan, meningkatkan potensi kreatifitas masyarakat untuk belajar teknik pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar alternatif. (ra/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post