DUGAAN penangkapan Ketua DPRD Samarinda Alphad Syarif oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tidak hanya akan mengancam kelangsungan pencalonan mantan politisi Partai Golongan Karya (Golkar) itu. Tetapi juga bakal membawa dampak buruk bagi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Pasalnya, Alphad belum lama ini hengkang dari partai berlambang pohon beringin itu. Kemudian memutuskan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif (caleg) dari Partai Gerindra.
Pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Budiman Chosiah mengatakan, sebagai wakil rakyat yang unggul di pemilihan legislatif (pileg) 2014 di Kota Tepian, Alphad tercatat memperoleh suara mayoritas dibanding anggota dewan lainnya.
“Alphad kan mendapatkan suara yang lumayan banyak. Terbukti terpilihnya beliau sebagai ketua dewan. Artinya apa? Bagi Partai Gerindra, pasti kehilangan satu figur untuk mendapatkan suara di pileg nanti,” katanya, Kamis (11/10) kemarin.
Diakui, pencalonan Alphad sebagai anggota legislatif belum tentu gugur setelah penetapan daftar calon tetap (DCT). Namun mencalonkan diri dalam keadaan terjerat kasus tentunya tidak akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi sebagaimana pemilu sebelumnya.
“Itu juga pasti berimbas pada pribadinya. Karena dia akan kecil kemungkinan tingkat keterpilihannya. Otomatis pula akan berpengaruh pada partai,” ucapnya.
Namun Gerindra dapat memotong mata rantai meluasnya efek negatif dari kasus tersebut. Caranya, pimpinan partai yang didirikan Prabowo Subianto itu dapat memberikan penegasan pada publik bahwa kasus tersebut tidak berkaitan dengan partai.
“Dibahasakan saja itu masalah oknum. Tidak ada hubungannya dengan partai. Kalau tidak begitu, bisa saja nanti citra buruk juga akan didapatkan Gerindra,” imbuhnya.
Budiman menyarankan, apabila Alphad dapat diganti sebagai caleg dari Gerindra, pimpinan partai tersebut dapat menempatkan kader lain. Dengan harapan tidak mengganggu perolehan suara partai.
“Tergantung ketua partai saja nanti. Kalau kasusnya berproses di kepolisian, kemudian pencalonan tetap berjalan, maka itu bisa mengganggu perolehan suara,” tuturnya.
Selain Gerindra, konon kasus Alphad turut berpotensi mencorengnya DPRD Samarinda secara institusional. Terkait hal ini, Budiman menegaskan kasus yang menjerat Alphad akan membawa dampak buruk bagi citra dewan di mata masyarakat.
Terlebih pada umumnya publik tidak dapat membedakan antara kasus individu dengan tugas dewan sebagai wakil rakyat. Karenanya sebagai pimpinan dewan, Alphad akan dianggap sebagai perwakilan dari seluruh wakil rakyat di Samarinda.
“Sehingga (dengan kasus itu), orang bisa menghukumi lembaga secara umum. Artinya ketika leader-nya sudah begitu, ada indikasi yang memungkinkan orang berpendapat, jangan-jangan yang di bawahnya juga begitu,” terangnya.
Namun Rabu (9/10) lalu, Alphad membantah dirinya ditahan karena kasus perdata tersebut. Sebab antara pelaporan dengan politisi Gerindra itu, telah bersepakat menempuh jalur mediasi.
“Tidak ada penangkapan dan penahanan karena saya dalam proses berdamai dengan pihak pelapor. Saya baik-baik saja. Pihak pelapor pun sudah tidak keberatan permasalahan yang tidak nyaman selama ini diselesaikan dengan jalan damai,” ungkapnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post