Boneka dan perempuan mungkin biasa. Tapi, bagaimana jika laki-laki yang akrab dengan ribuan boneka? Itulah Jian Yang, pengoleksi 12 ribu boneka.
EDI SUSILO, Singapura
RUANG tamu berukuran 4 meter x 4 meter itu terlihat penuh. Bukan oleh perabot, melainkan ribuan boneka. Semua tersusun rapi di empat lemari kaca. Mereka seolah berdesakan berdiri menunggu Jian Yang.
Di sebuah rumah di kawasan Pillai Road, Singapura, Sabtu (26/1) lalu, saya mengunjungi Jian. Di tengah kesibukannya sebagai direktur bisnis sebuah agensi hubungan internasional, Jian masih meluangkan waktu untuk menerima kedatangan saya. Kami janjian bertemu hari itu lewat WhatsApp sehari sebelumnya.
Suasana rumah Jian siang itu sedang ramai. Ada empat kawannya yang bertamu. Sambil memelototi koleksi Jian yang berjajar rapi di lemari-lemari ruang tamu. Beberapa kawan juga terlihat mengambil salah satu koleksi boneka milik pria 39 tahun itu.
Di rumah dua lantai itulah Jian tinggal bersama 12 ribuan bonekanya. Sebagian besar boneka Barbie. Dengan berbagai kostum yang unik, nyentrik, dan tradisional. ”Ini masih sebagian. Koleksi lainnya ada di sini,” terangnya sambil ngeloyor masuk ke ruangan lain.
Ruangan itu lebih kecil dan sempit. Ada sembilan lemari yang berjajar. Salah satu di antaranya dia buka. Isinya lagi-lagi bukan pakaian. Melainkan ratusan boneka yang masih terbungkus boks plastik. Bagian lemari lainnya dia buka kembali. Isinya boneka lagi.
”Kalau yang ini baru koleksi baju saya,” ujarnya sambil membuka lemari di bagian pojok ruangan. Sisanya, hampir seluruh lemari milik Jian berisi boneka. Baik yang sudah berada di luar boks maupun yang masih tersegel.
Kecintaan Jian pada boneka dimulai pada 1984. Tepatnya saat tontonan di televisi saat itu banyak mengulas boneka. Terutama Barbie. Tontonan Barbie membuat Jian mulai suka boneka yang banyak dikoleksi cewek tersebut. ”Saya kira saat umur segitu tidak ada anak yang bisa membedakan mainan cewek atau cowok,” ucapnya.
Koleksi pertama Barbie dia peroleh ketika Natal. Saat itu ada kado di bawah pohon Natal yang diberikan keluarganya. Ketika dia buka, ternyata isinya Barbie. Jian belum tahu bahwa itu sebenarnya kado untuk adik perempuannya yang baru berusia setahun.
Tapi, sosok Barbie kadung melekat di hatinya. Jian tidak mau terlepas dari boneka perempuan dengan kaki jenjangnya itu. Pelan tapi pasti, dia makin tertarik mengumpulkan boneka Barbie untuk dikoleksi. Tapi, Jian juga punya koleksi lain yang lebih ”laki”. Ada Transformer, Star Wars, He-Man, dan Hot Wheels.
Koleksi Barbie terus bertambah seiring dengan usianya yang beranjak remaja. Ketika sudah mempunyai uang saku. Yang sedikit demi sedikit dia kumpulkan untuk membeli boneka baru. Setelah bekerja, ide mengumpulkan boneka semakin menggila. Koleksinya yang paling mahal adalah boneka Barbie Silkstone yang dihiasi kristal swarovski. Harganya SGD 3.600 atau setara dengan Rp 37,3 juta. Boneka itu dibuat pada 2000. Oleh seniman Singapura yang ditugaskan Mattel Inc. Boneka tersebut didapat Jian dari lelang acara amal.
Saat berkunjung ke beberapa negara, Jian pasti menyempatkan membeli koleksi baru Barbie. Terutama dari Amerika yang memang gudangnya Barbie. Bukan hanya itu, dia juga memanfaatkan temannya yang bekerja di luar Singapura untuk mengabarinya. Terutama kabar tentang boneka baru yang menarik atau langka. ”Sekarang ini lewat internet saya bisa mencari koleksi Barbie dengan mudah,” ucapnya.
Bagi Jian, Barbie selalu punya tempat tersendiri. Boneka itu, menurut dia, begitu spesial. Barbie baginya bukan sekadar boneka. Lebih dari itu, Barbie adalah jendela untuk mengenal dunia. Lewat Barbie, Jian bisa mengenal banyak budaya, perayaan, bahasa, artis, hingga selera musik. Semuanya bisa ditemukan di boneka. Yang diproduksi suatu negara dengan ciri khasnya.
Jian lalu menunjukkan salah satu karyanya di lemari samping, dekat pintu masuk rumah. Dia mengambil dua boneka yang memakai dress dengan motif batik berwarna sogan. ”Ini dari Indonesia,” katanya semringah.
Dari Indonesia, Jian punya sekitar 40 boneka Barbie. Bahkan, dia tahu bagaimana mendapatkan koleksi Barbie terbaik bikinan Indonesia. Yang dibuat salah satu perusahaan boneka besar. Yang punya beberapa koleksi eksklusif.
Banyaknya koleksi Barbie sempat membuat Jian dipandang sebelah mata. Terutama oleh mereka yang tidak mengenalnya secara langsung. Atau hanya melihat Jian lewat pemberitaan media.
Sebelum 2013 koleksinya sangat pribadi. Hanya teman-teman dan keluarganya yang tahu dia telah mengumpulkan begitu banyak boneka. Namun, setelah muncul di media, dia merasakan ada sedikit perbedaan. ”Setelah orang tahu saat saya diundang di stasiun TV, mereka menganggap saya biasa. Seperti pria normal lainnya,” jelas dia. Yang punya pekerjaan normal, mengendarai mobil sendiri, dan ke mana-mana tidak memakai gaun.
Jian sebenarnya punya keinginan kuat untuk berhenti menambah koleksi. Namun, entah mengapa, dia tidak bisa terlepas dari Barbie. Saat berkumpul dengan koleksinya itu, Jian merasa seperti anak kecil. Yang tidak pernah lebih tinggi daripada Barbie sendiri. Keinginan kuat untuk berhenti itu tidak bisa dia janjikan. Entah sampai kapan.
Jian merasa terlalu sayang dengan semua koleksinya. Saking sayangnya, dia menyediakan ruang khusus untuk desain baju beberapa bonekanya. Dia desain sendiri beberapa model pakaian sesuai keinginannya.
Apakah suatu saat akan membuat museum untuk memamerkan koleksinya? Jian menjawab tidak. Dia tidak bisa membayangkan ada orang yang membayar untuk datang melihat mainannya. Dia tidak akan melakukan itu. Tidak tega. Dia hanya akan membuka rumahnya seperti biasa. Untuk teman-temannya. Jadi, satu-satunya cara agar bisa menengok koleksinya ialah menjadi temannya. (*/c9/oni/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post