bontangpost.id – Januari hingga penghujung September 2020, tercatat sudah 5 kali terjadi serangan buaya di Kelurahan Loktuan. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Medio Januari lalu, dua remaja kakak beradik Ah (11) dan Da (9) kompak menghajar hidung buaya ketika serangan terjadi pada mereka. Kronologi singkatnya begini. Kala itu, kedua kakak beradik itu bersama 4 kawannya yang lain, berenang di empang belakang rumah mereka di RT 18, Loktuan, jelang senja.
Tak lama berselang, buaya menyerang Da. Bahkan berusaha menenggelamkan tubuh bocah 9 tahun itu. Ternyata, baik Ah dan Da adalah atlet silat. Tak mau kalah sama buaya, mereka hajar hidung predator itu. Membuat Da lepas dari terkaman buaya, dan bocah 9 tahun itu berhasil ditarik ke jembatan kayu.
Teranyar, kejadian serupa kembali terjadi di perairan Kampung Mandar, Kelurahan Loktuan, Kamis (19/9/2020). Waktu kejadian kurang lebih sama, mendekati petang.
Kronolgisnya pun serupa. Korban, An (14) berikut sejumlah kawannya berenang di laut. Mereka berenang di dekat pohon bakau. Yang kebetulan banyak terdapat di sekitar perairan Kampung Mandar. Bia dihitung dari bibir pantai, jaraknya sekitar 50 meter.
Asik berenang, tiba-tiba buaya menyerang An. Dia sempat teriak, tapi temannya kira remaja 14 tahun itu tengah guyon. Keriuhan di laut menjadi, barulah mereka sadar buaya menyerang An.
Di dalam air, An berjibaku melawan predator ganas itu. Bagian mulut dihajar, hingga membuat bibir buaya luka. Pun menghantam kepala buaya, dan membuat satu gigi buaya lepas. Bekalakangan diketahui ‘nyangkut’ di paha korban, An.
Bhabinkamtibnas Loktuan Aipda Ahmad Bajuri mengatakan, sebaran kasus penyerangan buaya di Loktuan terbilang merata. Di Kampung Mandar, Kampung Selambai, Rawa-Rawa, dan di sekitar RT 18.
Wilayah Loktuan memang dikelilingi lautan. Pun dengan kawasan mangrove. Sehingga keberadaan buaya muara kerap ditemui warga.
“Rata kalau sebarannya, mbak. Yang batasan dengan laut sering terlihat buaya muncul,” beber dia.
Sebabnya dia mendorong pemkot menyediakan penangkaran buaya. Selain sebagai tempat evakuasi buaya, pun dapat jadi potensi wisata. Sumber PAD bertambah. Geliat ekonomi kerakyatan ikut tumbuh.
Sementara itu Lurah Loktuan, Muhammad Takwin mengatakan, diperlukan kajian untuk mencari tahu mengapa buaya acap menyerang warga. Sejatinya buaya kerap terlihat di pesisir Loktuan. Sejak dulu. Tapi dalam 3 tahun terakhir sering bersinggungan dengan warga setempat.
“Perlu kajian oleh instansi terkait. Apakah karena habitatnya terganggu atau sumber makanan tidak ada. Ini mesti diketahui,” ujar Takwin kala ditemui usai peresmian Program Betah.
Dia mengatakan predator buas itu kerap terlihat di pesisir pada sore jelang petang. Karena kajian belum dilakukan, sebagai langkah antisipasi kelurahan memasang papan imbauan di pesisir. Agar warga hati-hati ketika beraktivitas di laut. Menghindari juga berenang di laut.
“Kami juga sosialisasi. Kurangi aktivitas di laut. Dan tegur kalau dilarang berenang tapi masih dilakukan,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post