Debat, Cagub-Cawagub DKI Bicara Ikan, Kail, dan Kolam
JAKARTA – Debat kandidat resmi pilgub DKI yang pertama dilaksanakan di Auditorium Birawa, Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, tadi malam (13/1). Banyak hal menarik. Yang paling penting adalah isi dari perdebatan tentang masalah-masalah yang populer di ibu kota.
Masalah penggusuran, relokasi, banjir, kemiskinan, pengangguran, hingga reklamasi pantai membuat debat semalam begitu berisi. Visi dan misi serta program unggulan para kandidat juga tak jauh-jauh dari permasalahan yang menyangkut kesejahteraan sosial.
Sejak siang, suasana di lokasi debat supersibuk. Persiapan terlihat matang. KPU telah membuat perhitungan detail. Penyelenggara pemilu itu hanya mengizinkan 100 orang relawan dari tiap-tiap pasangan cagub masuk ke dalam ruang debat.
Meski dibatasi, jumlah relawan yang datang ternyata lebih banyak. Mereka yang tak boleh masuk tetap dapat tempat. Mereka bisa nonton bareng (nobar) di sekitar kompleks Bidakara. Pendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni nobar di salah satu kafe yang berada di kompleks Bidakara. Mereka memenuhi kafe yang menyediakan layar besar tayangan debat.
Sementara itu, pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat memilih nobar di salah satu kantin yang ada di kompleks Bidakara. Mereka menyaksikan tayangan debat melalui televisi berukuran 21 inci.
Pendukung Anies-Sandi tampak sudah diarahkan mengikuti aturan KPU. Sedikit dari mereka yang tidak bisa masuk ke dalam ruangan debat. ’’Malam hari ini kita akan mengangkat tema besar. Pembangunan sosial ekonomi untuk warga Jakarta,’’ kata Ketua KPU DKI Sumarno dalam sambutannya sebelum debat dimulai.
Debat dibagi tiga sesi pembahasan. Temanya seputar sosial ekonomi, lingkungan, dan transportasi. Lalu, debat dilanjutkan dengan tema pendidikan dan keamanan warga. ’’Jadi, kami akan melihat tiga hal dari sana. Integritas, leadership, kapasitasnya,’’ ungkapnya. Pada akhir sambutan, Sumarno menyampaikan sebuah pantun untuk menyemangati warga Jakarta agar memilih. ’’Beli balon ke pasar baru, jalan-jalan ke kota-kota, ayo memilih untuk warga Jakarta,’’ katanya.
Dalam debat semalam, gaya ketiga kandidat cukup terasa berbeda. Agus-Sylvi tampak menggebu, Ahok-Djarot santai, sedangkan Anies-Sandi menampilkan ketenangan.
Debat memang berjalan seru. Sebab, mayoritas pertanyaan yang diajukan begitu berisi. Semua masalah kekinian DKI disenggol. Di antara yang memanaskan suasana adalah pertanyaan tentang penggusuran dan relokasi. Sylvi menyatakan, pihaknya tidak akan menggusur dalam menangani kekumuhan dan banjir. Dia menyebutkan, di berbagai flat ditemukan fakta kesengsaraan warga korban penggusuran. Tak sedikit yang terancam diusir karena tak mampu bayar sewa. ’’Sudah digusur, terancam diusir,’’ ucapnya.
Menanggapi itu, Ahok mengatakan, membiarkan warga di bantaran-bantaran sungai sama halnya dengan mengajari yang tidak benar. Mendidik, menurut dia, dengan tidak membiarkan pelanggaran yang dilakukan warga. Maka, solusi menggusur dan merelokasi ke flat dianggap yang terbaik. ’’Itu yang akan kami lakukan,’’ ucapnya.
Anies Baswedan mengingatkan, Ahok punya janji membangun kampung deret di Pilgub DKI 2012 lalu. ’’Mana janji tersebut? Kami akan memenuhi janji yang tidak ditunaikan itu,’’ tegasnya. Menurut Anies, yang terbaik dalam menata adalah dengan tidak membuang warga dari lingkungannya secara sembarangan. Yang terbaik adalah mengutamakan penataan lingkungan yang masih memungkinkan untuk ditata.
Selanjutnya soal tingkat kemiskinan DKI yang masih tinggi. Ahok mengakui itu. Namun, dia tidak terima jika ada yang menilainya gagal. ’’Kita akui gini ratio DKI lebih tinggi dari nasional. Tapi, pada 2013 itu angkanya 8,3 persen. Sekarang 6 persen. Kami menurunkan luar biasa,’’ jelasnya.
Ahok mengungkapkan, beberapa program yang membuatnya berhasil dalam hal itu adalah jaminan kesehatan semesta, jaminan sekolah sampai kuliah, jaminan perumahan, jaminan transportasi, dan jaminan ekonomi.
Menurut dia, penanganan kemiskinan warga DKI harus sesuai dengan perintah konstitusi, yakni negara tidak boleh membiarkan warganya kelaparan. Maka, pihaknya memiliki program bantuan langsung sementara dan dana bergulir. Tujuannya adalah mengeluarkan warga dari kemiskinan dan membuat mereka jadi mandiri. ’’Bantuan langsung sementara. Ingat sementara,’’ tegasnya.
Cagub nomor 3 Anies menyatakan, apa yang disampaikan dua kandidat lain seumpama solusi memberi ikan dan kail. Yang terpenting, kata dia, sebenarnya memastikan kolamnya ada. Karena itu, pihaknya punya program mengadakan 44 pusat pertumbuhan ekonomi di DKI. Dengan begitu, pengangguran akan berkurang.
Masalah keamanan juga membuat debat hangat. Itu menjadi pertanyaan pasangan Agus-Sylvi kepada Anies-Sandi. Anies menyatakan, pemimpin hadir untuk menyatukan. Hukum tidak boleh tajam ke bawah tumpul ke atas. Dia malah menyindir petahana yang berani menggusur lokalisasi Kalijodo tapi tak berani menyentuh tempat prostitusi elite seperti Alexis. ’’Kami nol persen kompromi pada pelanggar hukum,’’ tegas mantan menteri pendidikan tersebut.
Ahok tidak diam. Dia mengingatkan, Pemprov DKI pernah menutup beberapa tempat hiburan malam elite yang terbukti melanggar. ’’Begitu tahu ada narkoba, kami tutup,’’ ucap mantan bupati Belitung Timur itu. (riz/ydh/c17/agm/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: