Nabi Musa as. dan kaumnya berdo’a sangat khusyu’ memohon hujan kepada Alloh SWT, tapi Alloh SWT menolak do’a mereka karena ada satu orang yang selama 40 tahun bermaksiat kepadanya. Saat diminta menunjukkan diri oleh nabi Musa, orang tersebut diam-diam menangis dan bertaubat.
Tiba-tiba awan menebal dan turunlah hujan. Nabi Musa memohon agar di tunjukkan orang tersebut.Tapi jawaban Alloh SWT sungguhlah bijaksana, “Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepadaku, apakah aku akan membuka aibnya sedangkan ia taat kepadaku?”
Alloh SWT memiliki nama as-Satir, Dzat yang Maha menutupi aib, Alloh SWT bentangkan tabir untuk hambanya yang beriman di dunia dan tabir itu tetap menutupi hamba beriman di akhirat.
Menutup aib bukan sekedar ahlak pribadi, itu norma Islam yang harus di jaga dan di amalkan oleh seluruh umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Alloh SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya kekejian di tengah orang-orang yang beriman, mereka akan memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat.”
(QS.An-Nur:19)
Gemar menyebarkan aib bukan sifat orang mukmin, tapi sifat kaum munafik dan kafir. Pada konteks asbabun nuzul ayat 19 surat Annur, orang-orang yang gemar menyebarkan berita palsu (hoax), fitnah, dusta, dan segala hal tentang kemaksiatan di golongkan sebagai orang munafik.
Semoga kita terhindar dari ahlak buruk ini. Aamiin ya robbal ‘alamin. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: