BONTANG – Angka partisipasi masyarakat (parmas) terhadap jalannya proses demokrasi pada tahun 2014 dan 2015 mengalami penyusutan. Di mana pada 2014 Bontang menduduki peringkat pertama se-Kaltim dengan persentase tingkat parmas 72,42 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT) yakni 125.753 orang.
Sementara satu tahun berselang, tepatnya saat pemilihan kepala daerah (Pilkada), tingkat persentase parmas menjadi 64,38 dari 121.646 pemilih. Penurunan tersebut membuat peringkat parmas se Kaltim melorot menjadi urutan ke-4. Dengan kata lain, penurunan tersebut membuat prosentase angka golongan putih (golput) meningkat sebesar 10,04 persen atau setara 43 ribu pemilih yang tak menggunakan hak suaranya.
“Ini ada dua sebab, yakni dari eksternal dan internal. Eksternalnya berupa sikap apatis pemilih yang enggan menggunakan hak pilihnya, sedangkan untuk internalnya terkait data pemilih dari KPU belum berada dalam posisi yang sempurna,” kata Ketua KPU Suardi.
Ia berkomitmen untuk memperbaiki data pemilih sebelum pesta demokrasi itu tiba . Hal ini tentunya memerlukan koordinasi dengan penyelenggara Pemilu lainnya.
Untuk pemilu serentak 2019 nanti, KPU Bontang menargetkan angka parmas mencapai 80 persen. Jumlah ini lebih tinggi daripada target nasional sebesar 77, 5 persen. “Berbicara target ini harus lebih tinggi. Karena kalau pasang rendah ya jangan mengharap dapat yang tinggi, memacu semangat dari penyelenggara pemilu untuk mengejar itu,” tambahnya.
Salah satu bentuk untuk menekan angka golput ialah dengan memperbanyak sosialisasi. Salah satunya bagi pemilih pemula, KPU akan melakukan sosialisasi serta hadir di beberapa sekolah untuk menjadi inspektur saat upacara bendera hari Senin.
“Ada jadwal beberapa sekolah untuk menjadi inspektur upacara, baik itu yang difasilitasi Kesbangpol maupun dari program KPU sendiri,” ucapnya.
Selain itu, muncul permintaan dari beberapa guru mata pelajaran PPKN agar bisa dilibatkan dalam proses sosialisasi di lingkup sekolah. Nantinya, pihak KPU akan mempersiapkan materi sedangkan pihak guru yang akan memaparkannya.
Di samping bagi pemilih pemula, salah satu bentuk sosialisasi yang akan dilakukan dalam cakupan keluarga. Untuk saat ini, petunjuk teknis secara detail belum ada, namun jika itu dilaksanakan pesan-pesan berkenaan dengan kepemiluan bisa dijangkau dalam cakupan yang kecil.
“Sosialisasi berbentuk keluarga menyentuh langsung setiap kelompok terkecil dari masyarakat. kalau bergulir dari keluarga ke keluarga, kan jumlah yang sangat besar,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: