bontangpost.id – Langkah antisipasi wabah virus penyakit mulut dan kuku pada ternak sudah diterapkan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3). Kepala UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Hasyim mengatakan sapi yang datang dari daerah asal akan langsung diperiksa kesehatannya.
“Pengecekan langsung di kandang,” kata Hasyim.
Penjagal maupun peternak bisa melapor jika ditemukan gejala mengarah PMK. Meliputi demam tinggi (39-41 derajat celsius), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, serta terdapat luka-luka seperti sariawan di rongga mulut dan lidah. Selain itu, hewan ternak tidak mau makan, kaki pincang, luka di kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis, dan hewan menjadi kurus.
Pemilihan pengecekan di kandang agar RPH steril. Sebab jika ditemukan kasus dan sudah dipotong di RPH maka infrastruktur itu harus lockdown beberapa waktu. “Karena sapi yang datang itu masuk dulu ke kandang. Jika terkena maka harus menjalani karantina ulang ,” ucapnya.
Sesuai dengan instruksi pemerintah pusat, sebelum pengiriman ternak harus menjalani karantina 14 hari. Kondisi ini membuat jadwal pengiriman molor. Sebelumnya diberitakan, saat ini stok sapi yang ada hanya sekira 10 ekor. Berada di tiga penjagal yang ada di Bontang. Di tambah beberapa sapi lokal.
Meski demikian, angka ini dianggap cukup hingga awal pekan depan. Ia menjelaskan pasokan akan datang dengan jumlah 150 ekor dari NTT. Kedatangan nantinya diyakini mampu memenuhi kebutuhan warga.
Utamanya untuk mempersiapkan kebutuhaan saat Iduladha. Disinggung mengenai harga sapi hidup sejauh ini belum ada kenaikan. Karena pemesanan sudah dilakukan jauh hari sebelumnya.
“Sejatinya pekan lalu ada kiriman dari Sulsel. Tetapi karena ada kebijakan karantina, maka dikembalikan ke kampung,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post