bontangpost.id – Upaya meningkatkan pendapatan dari asli daerah (PAD) menjadi salah satu topik utama dalam debat publik calon Wali Kota Bontang 2020. Ini menjadi isu penting. Lantaran ketergantungan Bontang dari dana bagi hasil (DBH) dinilai terlalu tinggi.
Calon Wali Kota nomor urut satu Basri Rase mengatakan, dirinya ingin menjadikan Bontang sebagai pusat investasi, dan sentra UMKM. Serta menjadikan kota ini sebagai pusat destinasi wisata. Basri yakin bila semua ini dikembangkan, bakal mendongkrak PAD Bontang. Yang juntrungnya mengurangi ketergantungan dari DBH.
Dikatakan, pemerintah harus mampu mengembangkan objek-objek wisata baru di Bontang. Dengan demikian, para pelancong bisa tinggal lebih lama. Dampaknya, kata Basri, tingkat okupansi hotel dan penginapan tinggi.
Lantas keberadaan sentra UMKM pun turut menjadi penyokong. Puas berwisata, pelancong digiring untuk membeli produk ataupun kreasi pengrajin lokal Bontang. Efek domino inilah yang dia idamkan dari keseriusan membangun pariwisata Bontang masa mendatang.
“Tinggi kunjungan, hotel terisi semua. Warung-warung juga ikut berdaya karena ada yang beli,” kata Basri.
Pemberdayaan UMKM juga ingin diwujudkan Basri melalui kebijakan yang mengharuskan seluruh ASN di Pemkot Bontang wajib kenakan produk lokal pada hari tertentu. Misalkan ada seragam tertentu yang diproduksi penjahit lokal, maka ada satu hari didedikasikan khsusus untuk mengenakan seragam itu.
“Kita ada pesta adat di Bontang Kuala, Kanaan, dan Nyerakat. Ada juga Erau Pelas Banua di Guntung. Kita maksimalkan semua potensi itu supaya kunjungan wisatawan luar kota meningkat,” urainya.
BACA JUGA: Masalah SDM; Basri Rase: Kami Utamakan Tenaga Lokal
BACA JUGA: Neni Ingin Maksimalkan Potensi Maritim
Sementara paslon nomor urut dua, Neni Moerniaeni mengatakan ada 3 hal menjadi fokusnya dalam mengurangi ketergantungan PAD. Yakni mengembangakn industri hilir dan pariwisata, terkhusus wisata maritim dan ekowisata (Ecotourism).
Dikatakan, jalan untuk mengembangkan industri hilir di Bontang sudah terlihat di periode pertamanya memimpin Kota Taman. Yakni, PT Energi Unggul Persada (EUP) perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit.
Kata Neni, yang menjadi fokus mestinya ekonomi makro dulu, bukan sekadar ekonomi mikro. Menurutnya bila ekonomi makro di Bontang sudah mapan, maka dalam lingkup yang lebih kecil (mikro) akan mengikut. Industri bergelora, tenaga kerja lokal terserap, ekonomi bergerak lantaran masyarakat punya daya beli.
“Kalau kita kembangkan industri hilir, semua akan mengikut. Ini akan jadi simbiosis mutualisme,” ungkapnya.
Sementara untuk menggarap pariwisata, ujarnya, ini pun telah disiapkan guna menyongsong Bontang paska migas. Rancangan Induk Pariwisata Daerah (Ripda) telah disusun. Dengan fokus wisata maritim dan ekowisata.
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Untuk wisata maritim, sebutnya pemerintah sudah membangun Mangrove Berbas Pantai, serta mengembangkan pariwisata di kampung atas laut. Sementara yang tengah berjalan ialah pembangunan masjid terapung di Kampung Selambai, Loktuan. Yang diproyeksi sebagai kawasan wisata religi di pesisir.
“Semua ini juga selaras dengan visi misi saya membawa Bontang sebagai smart city berbasis maritim,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post