OBJEK wisata merupakan salah satu yang paling dikenal dari suatu daerah. Tak terkecuali Bontang yang turut memilikinya. Beras Basah dan Segajah, merupakan dua pulau wisata yang namanya akan langsung diasosiasikan dengan Bontang.
Berada di wilayah perairan Bontang, alkisah kemunculan dua pulau tersebut berawal dari gelombang. Dalam hal ini, pasir-pasir yang terbawa gelombang kemudian menepi hingga membentuk pulau.
Jafar selaku staf Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Bontang mengatakan, kemunculan Pulau Beras Basah diperkirakan lantaran fenomena alam pergerakan pasir. Yaitu berasal dari pasir yang naik saat gelombang angin selatan dan ekornya ke utara.
“Begitu pun sebaliknya. Maka pasir akan berkumpul menjadi pulau,” tutur Jafar.
Meski begitu, legenda dan cerita rakyat turut menjadi “bumbu” sejarah terciptanya pulau yang paling banyak dikunjungi wisatawan yang datang ke Bontang. Salah satu legenda menceritakan, keberadaan Beras Basah, tak lepas dari permukiman atas air Bontang Kuala. Dituturkan, konon dahulu banyak warga Bontang Kuala yang membuang nasi ke laut.
Hingga suatu ketika, nasi-nasi yang dibuang tersebut menangis dan berkumpul di Beras Basah. “Sehingga dari situ muncullah nama Beras Basah. Bahkan pohon-pohon kelapa yang ada di Pulau Beras Basah itu ditanam oleh orang Bontang Kuala,” jelas Jafar.
Pada cerita lain, nama Beras Basah itu tercipta karena dahulu sempat ada kapal pembawa beras yang tenggelam di sekitar pulau. Beras-beras yang ikut terjatuh itu kemudian dikeringkan atau dijemur di atas pasir putih.
Disebutkan Jafar, dahulu Beras Basah terbilang berukuran cukup besar. Namun semakin hari semakin tergerus gelombang laut. Hingga akhirnya PT Badak NGL membangunkan turap untuk menahan ombak pada 2003. “Saat ini luasnya tinggal satu hektare saja. Makanya harus segera diselamatkan,” ungkapnya.
Ketika terdapat isu larangan berwisata ke pulau tersebut sebab kepentingan perusahaan, masyarakat Bontang dibuat meradang. Karena jauh sebelum adanya perusahaan, Beras Basah sudah lebih dahulu eksis di Bontang. Bahkan, pulau tersebut sering dijadikan tempat bernazar bagi orang Bontang Kuala.
Sementara untuk Segajah, pulau itu diklaim telah terbentuk sejak dahulu kala. Malahan katanya, tidak harus menunggu air laut surut untuk menyaksikannya. Lantaran pasirnya cukup banyak dan tidak akan tenggelam ketika air pasang.
Namun seiring berjalannya waktu, lantaran melihat pasir putih di Pulau Segajah cukup bagus, banyak warga yang mengambil pasir tersebut dan membawanya pergi. Sehingga sedikit demi sedikit jumlahnya menjadi.
“Bahkan saat ini pulau itu hanya muncul ketika air laut surut, dan tenggelam saat air laut pasang,” beber Jafar yang menyebut ketika muncul ke permukaan pulau ini bisa digunakan untuk bermain bola.
Lebih lanjut Jafar mengatakan, baik Beras Basah dan Segajah, keduanya memiliki keunggulan dalam hal keindahan bawah laut. Mengingat di wilayah Marangkayu juga sebenarnya terdapat pulau seperti Beras Basah. Namun demikian, kondisi bawah lautnya tidak seindah di Beras Basah.
GELEMBUNG LAUT ABADI
Selain Beras Basah dan Segajah, Bontang juga memiliki lokasi wisata yang tak kalah unik dan menarik untuk dikunjungi. Lokasi tersebut adalah Geladi atau Gelembung Laut Abadi. Meski tidak sepopuler Beras Basah dan Segajah, namun wisata bawah laut ini mulai banyak mencuri perhatian wisatawan yang suka melakukan snorkeling atau menyelam dangkal di perairan laut Bontang Kuala.
Berlokasi tak jauh dari Pulau Segajah, Geladi memiliki fenomena alam unik. Di spot wisata ini terdapat gelembung-gelembung ajaib yang keluar dari dasar laut. Gelembung yang keluar pun jumlahnya cukup banyak. Fenomena ini terbilang langka karena tidak ditemukan di lokasi perairan laut yang lain. Karenanya, pemandangan ini kerap membuat takjub wisatawan yang bersnorkeling di sana.
“Fenomena keluarnya gelembung ini dimungkinkan karena adanya kebocoran alami dari pipa-pipa gas yang tertanam di dasar laut. Sehingga menimbulkan gelembung udara,” ujar Syamsu Wardi selaku Kabid Perikanan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Bontang.
Menurut Syamsu, banyaknya wisatawan yang tertarik berkunjung ke Geladi lantaran di sana menyajikan fenomena yang berbeda dari laut biasanya. Selain itu, kondisi terumbu karang alami maupun terumbu karang buatan mampu memanjakan setiap mata yang memandangnya. Belum lagi di di kedalaman 5-10 meter, berbagai jenis ikan berwarna-warni juga bisa temui.
Untuk menuju ke Geladi, prosesnya cukup mudah. Melalui Bontang Kuala Ecotourism, wisatawan bisa memilih paket snorkeling. Biasanya, paket snorkeling di Geladi ini meliputi ke beberapa lokasi wisata lainnya seperti Pasilan dan Segajah. Dengan biaya yang cukup terjangkau, wisatawan bisa puas menikmati keindahan surga dunia yang tersembunyi di laut Bontang Kuala.
“Agar Geladi ini terus diminati wisatawan, tentu kelestarian laut harus kita jaga dan rawat bersama. Karena jika sudah rusak dan tidak menampakkan keindahan lagi, tentu wisatawan tidak akan berkunjung lagi,” tandasnya.
TERBENTUR UNDANG-UNDANG
Pemkot Bontang terus berupaya mengembangkan pariwisata di Bontang, khususnya Beras Basah dan Segajah. Namun, untuk mengembangkannya Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispopar) Bontang terbentur aturan Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 yang menyatakan bahwa lautan 0 sampai 12 mil itu menjadi kewenangan Provinsi Kaltim.
Kabid Pariwisata Dispopar Bontang, Ramli mengatakan, Pemkot Bontang memiliki rencana ingin membuat cottage atau pondok di Beras Basah dan Segajah. Oleh karenanya, pihaknya perlu berkoordinasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim. “Selain dua destinasi wisata itu juga, kami memiliki satu spot diving yang cukup bagus yakni di Pasilan,” jelas Ramli saat ditemui di ruangannya.
Tak hanya itu, upaya pengembangan wisata lainnya yakni menyusun paket wisata bekerja sama beberapa kabupaten kota lainnya yang berbatasan Bontang. Seperti Balikpapan, Samarinda, Kutim, hingga Berau. Mengingat jika hanya di Bontang, dengan jalur darat yang kurang mulus, wisatawan sulit dicari.
“Kerja sama dengan daerah perbatasan Bontang ini targetnya 2019 nanti,” ujar dia.
Dari berbagai destinasi wisata di Bontang, Ramli mengatakan tentu sangat berpengaruh peningkatan ekonomi. Seperti di satu wilayah tertentu yakni Bontang Kuala yang sudah memiliki home stay dan bisa dikunjungi wisatawan.
Selain tempat wisata, toko-toko suvenir khas Bontang pun perlu dikembangkan. Misalnya di Indo Niaga serta kuliner khas Bontang. “Kami berharap dinas pariwisata berdiri sendiri agar bisa fokus mengembangkan potensi wisata di Bontang,” ujarnya.
Tahun 2018 ini, pihak Dispopar sudah mulai memperbaiki Beras Basah. Namun untuk Segajah belum ada rencana pengembangan. Ramli menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan provinsi tetapi masih sebatas lisan dan belum dibuat secara tertulis.
Selain perbaikan dermaga Beras Basah, pihaknya juga sedang membangun pusat data informasi pariwisata di terminal Bontang Kuala. “Harapannya, pusat informasi wisata itu sudah terbangun sebelum kegiatan pesta laut,” pungkasnya. (mga/bbg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post