bontangpost.id – Ikan Channa barca berharga lebih mahal dari pada jenis lainnya. Meskipun begitu, banyak kolektor ikan yang tetap memburunya. Salah satu titik eksotisnya ada di bagian sirip punggung, yang bisa tumbuh sampai 1,5 kali tinggi tubuhnya.
Namanya memang Channa barca. Namun, tidak ada kaitannya dengan Barca (julukan Barcelona), klub yang membesarkan nama pesepak bola Lionel Messi.
Sejak ditemukan kali pertama oleh Francis Hamilton, warga Inggris, di Sungai Brahmaputra, Golpara, India, pada 1822, ikan tersebut sudah diberi nama Channa barca.
Karena harganya yang cukup mahal, penjualan Channa barca mayoritas dilakukan secara pribadi. Dari kolektor langsung ke importir.
Tidak dijual secara bebas di pasar ikan hias. Termasuk Pasar Ikan Hias Parung, Bogor, yang diklaim sebagai pasar ikan hias terbesar se-ASEAN.
Salah seorang kolektor sekaligus importir Channa barca adalah Richie Budiman, pendiri sekaligus pemilik Buddyfish. Saat ditemui di kediamannya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (30/12) lalu, ada 11 ekor Channa barca di kediamannya. Saking istimewanya, penempatan ikan-ikan tersebut dipisahkan dengan lainnya.
Dia menceritakan baru memelihara ikan Channa barca sejak 2020. Saat itu dia dimintai tolong oleh selebriti Irfan Hakim untuk mencarikan Channa barca. Waktu itu belum banyak yang menjual ikan Channa barca di Indonesia.
Karena itu, Richie mendatangkan langsung ikan tersebut dari India, kampung halaman si Channa barca. “Waktu itu saya bilang minta uang untuk DP dulu,” katanya, lantas tersenyum.
Richie menuturkan, akhirnya ikan yang dipesan Irfan Hakim datang. Ukurannya hampir 40 sentimeter dengan harga hampir Rp 40 juta.
Menurut dia, saat itu ikan Channa barca belum terlalu booming di Indonesia seperti sekarang. Pemiliknya jarang. Kalaupun ada yang berminat, pasti pikir-pikir dulu sebelum membeli karena harganya selangit.
Beberapa waktu kemudian, orang yang pesan ikan Channa barca ke Richie semakin banyak. Bukan hanya orang yang meminta dicarikan ikan, melainkan juga kolektor yang titip dijualkan.
Richie punya pengalaman unik dengan ikan Channa barca miliknya, Si Jenderal. Ceritanya, ikannya itu sempat lompat dari akuarium. Namun, kemudian Si Jenderal tetap saja laku dibeli seseorang kolektor. Saat itu ukurannya sekitar 20 sentimeter.
Sekitar 1,5 tahun kemudian, kolektor tersebut sudah bosan dan meminta tolong Richie untuk menjualnya. Akhirnya laku dibeli seorang kolektor dari Makassar dengan harga sekitar Rp 60 juta.
Waktu itu Richie kerap posting video Si Jenderal itu di YouTube miliknya. Tidak berselang lama, ada seorang kolektor asal Palembang yang mengontaknya.
Si kolektor itu ingin membeli Si Jenderal yang sudah dimiliki orang Makassar. Akhirnya deal. Ikan yang sempat berada di Makassar itu dikirim ke Jakarta untuk transit sebentar di rumah Richie.
Kemudian, dia mengirim ikan itu kepada pembeli di Palembang dengan harga sekitar Rp 70 juta. “Jadi menarik. Si Jenderal ini sempat kembali ke saya dua kali,” katanya.
Setiap kali pulang ke rumah Richie, dia menyempatkan untuk mengelus-elus Si Jenderal. Dia mengakui bahwa Si Jenderal adalah ikan Channa barca yang berkualitas dan pantas dihargai semahal itu.
Salah satu keunggulan Si Jenderal, menurut Richie, ada di bagian sirip atau fin-nya. Dia menceritakan, sirip bagian punggungnya sangat tinggi.
Hampir 1,5 kali dari tinggi badannya. Untuk itu, Richie juga sering menyebut Si Jenderal dengan julukan Si Gondrong. Karena siripnya memang gondrong.
Dia menyebutkan, salah satu bagian spesial atau keindahan Channa barca ada di bagian fin-nya. Untuk ikan Channa barca yang bagus, sirip atau fin-nya bisa sangat tinggi.
Menurut Richie, tinggi pendeknya sirip ikan Channa barca mayoritas ditentukan genetik atau bawaan.
“Sekitar 70–80 persen faktor genetik,” katanya. Masalahnya, ketika masih kecil, belum bisa ditebak apakah seekor ikan Channa barca bakal memiliki sirip yang tinggi atau tidak.
Ada beberapa Channa barca di rumah Richie yang tingginya baru satu kali atau sama dengan badannya.
Sementara itu, 20 persen tinggi sirip ikan Channa barca bisa dirangsang dengan perhatian atau perlakuan khusus. Di antaranya, dengan cara sering-sering disisir bagian siripnya.
Sisir yang digunakan adalah jarum yang cukup tajam. Caranya, sebelum disisir, ikan Channa barca ditempatkan di es sampai tenang.
Kemudian, baru disisir satu per satu di antara tulang siripnya. Saat disisir, selaput antartulang siripnya dicoblos. Namun, jangan khawatir rusak karena dalam waktu tidak lama akan menutup atau menyatu kembali.
“Di sisir ini juga membuat sirip menjadi rapi,” tuturnya.
Selain itu, ikan sering-sering diajak main. Misalnya, dengan menggerak-gerakkan tangan atau mainan replika ikan Channa dari luar akuarium.
Setelah diajak main, ikan diberi makan. Secara alamiah, dia akan senang diajak main, karena setelah itu diberi makan. Ketika diajak main, sirip ikan Channa barca akan mengembang. Kondisi tersebut diyakini bisa merangsang pertumbuhan siripnya.
Richie menyatakan, rekor penjualan ikan termahal yang pernah dilakukan mencapai Rp 130 juta untuk sepasang ikan Channa barca.
Sementara itu, ukuran terkecil ikan Channa barca yang sempat dia impor dari India adalah 10 sentimeter. Dia mengakui, mengimpor ikan Channa barca ukuran kecil justru berat di ongkos. Karena bobot ikan berukuran kecil dengan yang agak besar tidak terpaut signifikan. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post