bontangpost.id – Pada 21 Mei 2021 lalu, UKM Teater Yupa merayakan hari jadi yang ke-30 tahun. Rangkaian agenda dilakukan oleh salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) berprestasi di Universitas Mulawarman ini.
Puncaknya, pada Minggu (23/5/2021) malam, Teater Yupa bikin hajatan talk show mengenai eksistensi komunitas teater Samarinda pada masa depan.
Talk show menghadirkan Dahri Dahlan, akademisi kebudayaan dari Universitas Mulawarman, dan Kepala Disdikbud Kaltim Anwar Sanusi. Pembasaan dipandu oleh Fachri Mahayupa, jurnalis muda Kaltim.
Teater yang tergolong media tradisional, masih cukup dinamis beradaptasi dengan perkembangan zaman. Otomatis eksistensi dari komunitas wadah kesenian ini menjadi materi uji yang menarik buat dibahas. Suasana remang khas studio bioskop, menambah syahdu pembahasan malam itu.
Memang tak seperti biasa, Teater Yupa kali ini menggelar agendanya di CGV Plaza Mulia Samarinda. Ini jadi pesan satir yang menarik, menjamurnya bioskop di Samarinda dianggap jadi salah satu penyebab tergerusnya penonton teater.
Apa hambatanya? Apa tantangannya bagi komunitas teater ke depan? Fachri Mahayupa memancing pembahasan.
“Budaya pop dan digitalisasi sebenarnya bukan musuh yang harus dikalahkan. Tapi barangkali jadi lawan yang mesti dijinakkan. Sekarang tinggal bagaimana cara menyusun langkah kecil menuju masa depan teater yang mencerahkan,” katanya.
Sementara Dahri Dahlan, secara singkat memaparkan pertunjukan teater mengalami perubahan seiring kondisi dan zaman. “Perubahan di antara ranah pertunjukan awalnya berada di ranah ritual menjadi pertunjukan hiburan,” papar Dahri.
Terlebih saat sekarang di pandemi Covid-19, para pelaku teater dipaksa melaksanakan pertunjukan secara virtual. Ada plus minus, namun kondisi memaksa virtual tak bisa dihindari.
“Bisa offline tapi bersyarat, ada prinsip protokol kesehatan,” jelasnya. “Esensinya bagaimana alat panca indra kita ini merespon teater,” sambungnya.
Menurutnya, perubahan dalam pertunjukan teater bahkan sudah terjadi sejak lama. Pada masa lalu, kaum perempuan protes lantaran dilarang menjadi pelaku teater.
“Orang protes teater hanya milik istana, bahkan perempuan tidak bisa main teater. Kalau sekarang semua bisa main teater, itu bagian dari perubahan,” tegasnya.
Sementara itu, Anwar Sanusi dalam pemaparanya, menekankan daya saing insan seni teater, terlebih jelang berpindahnya ibu kota negara ke Kaltim.
Ini menjadi tantangan bagaimana insan seni mempersiapkan sumber daya manusia. Agar mampu bersaing dengan para pelaku kesenian yang dipastikan turut berpindah seiring dengan berpindahnya IKN.
“Menyambut IKN berpindah, jangan takut Kaltim akan diserbu para seniman. Justru kita lah yang jadi pelaku seni di IKN. Ini jadi tantangan untuk Teater Yupa,” paparnya.
Dari segi dukungan, Anwar Sanusi menegaskan pihaknya pada 2021 ini memiliki anggaran Rp2,1 triliun. Namun seluruh anggaran telah terpatok dalam rancangan program yang telah diatur sebelumnya.
Pada 2022 mendatang, Kadisdikbud meyakinkan akan ada pos anggaran untuk kesenian khususnya seni teater.
“Ada beberapa yang bisa dimanfaatkan, kalau Yupa mau nampil saya siapkan gedung yang lebih besar,” tegasnya.
Infrastruktur kesenian di Taman Budaya Kaltim juga akan dibenahi, rahabilitasi total. Hal itu dengan harapan memberikan wadah yang representatif bagi pelaku kesenian.
“Sound system, semua alat diperbaiki, dibelikan yang kelasnya nasional,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post