TENGGARONG – Terdegradasinya Mitra Kukar ke Liga 2 musim ini, menjadi tamparan keras bagi semua pihak. Menilik situasi tersebut, pemilik klub sudah seharusnya mengevaluasi kinerja anak buahnya. Yang tidak berkompeten, sebaiknya diganti dengan yang pantas mengisi posisi di manajemen.
Hal itu mulai ramai diperbincangkan di kalangan suporter. Mereka sudah jengah dengan kepengurusan tiga tahun terakhir. Di mana Naga Mekes tidak sekalipun nangkring di papan atas. Puncaknya, kini tim kesayangan masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar) kembali ke kasta kedua setelah delapan tahun eksis di Liga 1.
Perwakilan Mitra Mania (Mitman), Nuzul Azmi Hadi mengatakan, tiga tahun terakhir kepengurusan tidak berjalan dengan baik. Hanya segelintir saja yang terlihat bekerja. Sementara yang lain hanya berpangku tangan. Untuk itu, Nuzul berharap, bos Mitra Kukar Endri Erawan segera merombak kepengurusan agar Mitra Kukar bisa lebih baik.
“Mungkin karena posisi Pak Endri di Jakarta, sehingga beliau hanya menerima laporan yang manis-manis (baik-baik) saja selama ini. Padahal situasi di lapangan berbeda dengan yang dilaporkan,” tegas Nuzul.
Sebagai supporter, Nuzul paham benar, Mitman bukan penyumbang dana. Bahkan jumlah anggota pun tak banyak. Tapi, jika tak ada yang bersuara, Nuzul khawatir Mitra Kukar akan selamanya di Liga 2. Apa yang disuarakan Mitman adalah tanda, bahwa suporter ingin tim kesayangannya bangkit.
“Kami seperti ini (protes) karena kami cinta Mitra Kukar. Kami ingin penyegaran di tubuh manajemen Mitra Kukar musim ini. Harus kompeten dan tidak hanya cari penghidupan di klub,” tegas Nuzul.
Nada serupa terlontar dari tribune barat. The Warriors menginginkan agar kepengurusan Mitra Kukar mengalami perubahan. Ijong, salah satu pentolan The Warriors menyayangkan dalam tiga musim terakhir (termasuk ISC) manajemen seolah mengabaikan jeritan suporter.
“Yang kita minta sepele saja. Kami pengin punya jersey Mitra Kukar ada dijual. Nah, ini sudah tiga musim kami hanya memakai baju palsu yang kami beli di pasar. Padahal kami akan lebih bangga, jika yang kami pakai jersey orisinal,” papar Ijong.
Dari jersey saja, Ijong menilai, bahwa manajemen tidak serius mengelola tim. Padahal pemasukan dari penjualan jersey atau merchandise sedikit banyak bisa menutupi biaya operasional. Semisal operasional latihan.
“Yang sepele terkadang justru sangat penting. Semoga suara kami ada yang mendengar. Kami kritik bukan membenci, ini demi kemajuan Mitra Kukar,” papar Ijong.
Dari sederet citra kurang baik di atas, Mitra Kukar sebenarnya punya potensi bagus. Apalagi Naga Mekes termasuk tim profesional. Terutama dalam memberikan hak pemain berupa gaji. Tidak pernah terdengar kabar Mitra Kukar telat menggaji pemain hingga berbulan-bulan. “Yang bagus dipertahankan, yang buruk dibuang,” tukas Ijong. (don/is/k15/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post