bontangpost.id – Pemungutan suara Pemilu Serentak 2024 sudah digelar dan perhitungan tengah berlangsung. Di tengah perhitungan resmi yang masih berjalan, siapa pemenangan dalam pilpres begitu dinanti publik. Berbagai hasil hitung cepat menyiarkan perolehan besar di atas 50 persen suara dimiliki pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Kemenangan serupa juga terjadi di Kaltim. Menukil laman perhitungan resmi KPU Pemilu2024.KPU.go.id pada pukul 22.00 Wita, sudah terkumpul data perolehan di 1.561 tempat pemungutan suara (TPS) dari 11.441 TPS se-Kaltim. Perolehan sementara perhitungan cepat KPU tersebut, data perolehan suara Prabowo-Gibran yang telah masuk sebesar 85.343 suara atau 65,44 persen.
Disusul paslon nomor urut 1 Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar dengan 30.427 suara atau 23,33 persen. Sementara pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD di posisi buncit dengan data suara yang masuk sebesar 14.645 atau 11,23 persen. Di sisi lain, berbagai hasil hitung cepat juga menyiratkan kemenangan besar Prabowo-Gibran dengan perolehan dukungan di atas 50 persen.
Di mata pengamat politik asal Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Budiman, kemenangan Prabowo-Gibran di Kaltim memang teramat mudah ditakar lantaran banyak sinyalemen yang mencuat sejak awal 2024. Dari kacamatanya, ada empat poin yang membuat potensi Kaltim bakal menjadi lumbung suara paslon dengan jargon gemoy itu. “Emosional pemilih, adanya figur Presiden RI Joko Widodo dan di Kaltim ada Isran Noor, keberadaan IKN (Ibu Kota Nusantara), dan partai pendukung Prabowo-Gibran di Kaltim,” jelasnya kepada Kaltim Post tadi malam (14/2).
Pilihan para pemilik suara cenderung sudah ditentukan ketika capres-cawapres dideklarasikan. Sementara potensi keberadaan pemilih berayun (swing voter) atau pemilih yang belum bersikap hanya berkisar 7-8 persen dan paling tinggi di kisaran 12 persen jumlah pemilih yang terdaftar. Nah, pemilih berayun ini, lanjut Budiman, terbiasa menentukan dukungan berdasarkan sisi emosional atau simpati. Kapan simpati atau sisi emosional itu tersentuh, bisa muncul di akhir debat terakhir calon presiden pada 4 Februari lalu.
Dari ketiga paslon, hanya Prabowo yang melontarkan maaf dalam pernyataan penutupnya. Hal ini bisa memengaruhi lantaran kultur pemilih Indonesia yang mengedepankan adat ketimuran cenderung menyukai sopan santun seperti ini.
“Sebenarnya banyak hal yang bisa membuat bergeraknya emosional pemilih. Dari kesopanan yang ditunjukkan di debat terakhir hingga rasa iba melihat perjuangan Prabowo yang empat edisi mengikuti pilpres,” jelasnya.
Keberadaan Presiden RI Joko Widodo yang secara implisit jelas mendukung paslon nomor urut 2 begitu jelas dirasakan. Hal ini, kata Budiman, punya dua makna di matanya. Pertama, mengindikasikan bahwa dominasi PDI Perjuangan selama ini yang mengeklaim merupakan perahu utamanya memimpin Indonesia dua periode terbantahkan. “Buktinya, suara terbelah dan masih condong ke Jokowi,” imbuhnya.
Kedua, berkaitan dengan tingkat kepercayaan publik ke Jokowi yang masih tinggi. Ihwal ini jelas berkolerasi dengan kampanye Prabowo yang selalu mengedepankan bakal melanjutkan program kerja terdahulunya. Khususnya IKN, terlepas dari pro-kontranya. “Untuk Kaltim, dari tiga paslon, hanya Prabowo yang secara gamblang memastikan IKN akan berlanjut dan hal ini kian kuat ketika figur sekelas Isran Noor pun menyuarakan dukungannya ke Prabowo karena memastikan akan melanjutkan IKN,” jelasnya.
Keberadaan pusat administrasi pemerintah Indonesia bagi masyarakat Kaltim dan provinsi lain di Kalimantan tak bisa dipandang sebelah mata. Paslon lain, selain Prabowo, di beberapa kesempatan cenderung menafikkan jumlah suara yang ada di Kalimantan dan lebih memfokuskan mengeruk suara di medan perang yang pasti, Pulau Jawa.
IKN yang dipandang sebelah mata malah berujung upaya ekstra paslon nomor urut 1 dan 3 dalam berkampanye di Kalimantan. “Ini bisa dilihat pada 5 Februari lalu, Prabowo dijadwalkan berkampanye di Samarinda dan malah bergeser ke Sulawesi untuk berkampanye. Itu kan mengindikasikan, Prabowo sudah memprediksi dia bakal mendulang suara mayoritas di Kaltim sehingga bisa fokus di tempat lain,” bebernya.
Terakhir, keberadaan partai pendukung Prabowo-Gibran di Kaltim. Gerindra, Golkar, dan PAN jelas menjadi tiga dari empat pengisi kursi pimpinan di DPRD Kaltim. Bahkan, lanjut Budiman, ketiga partai ini punya daya tawar yang baik di legislatif kabupaten/kota. (riz)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post