bontangpost.id – Latto-latto makan korban. Di Sungai Raya, Kalimantan Barat, bola mata seorang anak berusia delapan tahun terluka akibat terkena serpihan permainan latto-latto. Mata bagian kanan, Arfa pelajar kelas tiga SDN 07 Sungai Raya ini mesti dioperasi di RSUD Soedarso. Akibat kejadian ini, Dinas Pendidikan Pontianak mengeluarkan imbauan agar pihak sekolah melarang anak-anak bermain latto-latto di sekolah.
Ari Julianto (27), orangtua Arfa menceritakan, peristiwa terjadi pada Rabu (28/12) sore. Arfa bermain latto-latto dengan teman sebaya di belakang rumah, Jalan Adisucipto Gang Ponti Nomor 8 Kecamatan Sungai Raya. “Usai bermain, tiba-tiba anak saya (Arfa) pulang dengan menangis. Awalnya dia tidak mau cerita. Malam hari setelah dibujuk ibunya, dia cerita kalau mata bagian kanan luka terkena pecahan atau serpihan latto-latto sehingga tidak bisa melihat,” jelasnya.
Mengetahui mata kanan Arfa terluka, keesokan hari, Ari bersama istri membawa anaknya berobat ke klinik kesehatan terdekat. “Dari klinik tersebut, saya diarahkan ke dokter THT. Setelah diperiksa sama dokter THT, anak saya dirujuk untuk mendapatkan tindakan operasi di bola mata bagian kanan,” jelasnya.
“Setelah masuk rumah sakit, langsung operasi. Ada sobekan di bola mata bagian kanan terkena serpihan latto-latto. Ada sekitar lima jahitan,” tambah Ari.
Setelah dioperasi, Ari melanjutkan, Arfa mendapatkan perawatan sekitar dua malam. “Alhamdulillah, kini penglihatan anak saya berangsur pulih. Insyaallah, kalau tidak ada halangan dalam waktu dekat, kami mau konsultasi lagi ke dokter untuk memastikan kondisi mata anak saya tidak ada masalah dan dalam kondisi sehat,” ungkapnya.
Kendati kondisi mata Arfa sudah kembali pulih, Ari memetik hikmah dari musibah tersebut. Ia bersama istri mesti berhati-hati dan teliti untuk memberikan permainan dalam jenis apapun kepada anak.
“Setelah peristiwa itu, saya tidak izinkan lagi anak bermain latto-latto. Untuk permainan lain, akan selalu kami pantau. Kami tidak tahu, potensi yang bisa membuat bahaya dari permainan yang diberikan pada anak-anak,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kubu Raya Marijan mengaku telah mendatangi rumah Arfa untuk memastikan kesehatan pelajar kelas tiga SDN 07 Sungai Raya tersebut. Saat ini, kata Marijan, korban telah memasuki masa pemulihan. Pihaknya melakukan pemantauan untuk mengetahui perkembangan korban.
Agar kejadian serupa tidak kembali terulang, Marijan mengimbau orang tua selalu mengawasi anak-anak saat bermain.
“Karena saat ini sepertinya lagi musim latto-latto, kami imbau kepada setiap orang tua yang anaknya suka main latto-latto untuk selalu diawasi. Karena kita juga tidak tahu standar latto-latto ini ada SNI atau tidaknya. Pilihan lain, bisa saja orang tua bisa mengarakan anak-anaknya untuk memilih permainan yang lebih aman dan tidak membahayakan,” kata Marijan.
Senada, Dinas Pendidikan Kota Pontianak melarang peserta didik membawa mainan latto-latto ke sekolah. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pontianak Sri Juniarti. Sri menjelaskan larangan itu sudah disampaikan ke sebagian besar sekolah di Kota Pontianak. Larangan itu berlaku untuk sekolah swasta maupun negeri.
“Untuk latto-latto sebagian besar sekolah sudah dilarang dimainkan dan membawa ke sekolah. Larangan itu diberlakukan karena didapati banyak dampak negatif permainan latto-latto. Sebagai antisipasi, selama ini kepala sekolah juga sudah melarang anak-anak membawa sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ke sekolah tanpa alasan yang jelas. Seperti mainan dan termasuk lato-lato,” ujar Sri. (mse/ash)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post