Kisah Inspiratif Warga Bontang: Arin Fathonah (158)
“Cobalah lihat dalam lautan. Ikan bawis sedang berenang. Renang ke kanan renang ke kiri. Hatiku senang wajahku berseri”
LUKMAN MAULANA, Bontang
Itulah sepenggal lirik dari lagu “Ikan Bawis” ciptaan Arin Fathonah, yang diperuntukkan bagi anak-anak kelompok belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Lagu inilah yang membawa guru PAUD Terpadu Kuncup Melati PIKA-PKT Bontang ini menjadi juara pertama dalam lomba Guru PAUD Berprestasi tingkat Kaltim tahun 2014.
“Saat itu dalam bimbingan untuk lomba tingkat provinsi, saya diminta membuat lagu tentang kekhasan Bontang. Akhirnya saya bikin lagu tentang ikan bawis. Aransemen musiknya dibuat teman saya, yang seorang guru musik yang kemudian direkam di stasiun radio. Alhamdulillah setelah saya tampilkan di depan juri, saya terpilih menjadi juara I,” kenang Arin saat ditemui di PAUD Kuncup Melati PIKA-PKT Jalan Catelya BTN PKT, Selasa (7/2) kemarin.
Dia tidak menyangka bisa menjadi yang terbaik dalam lomba Guru PAUD Berprestasi. Pasalnya, kala itu dia melihat guru-guru PAUD lainnya yang ikut lomba jauh lebih kompeten ketimbang dirinya.
Arin sendiri awalnya sekadar coba-coba saat mengikuti lomba yang tahun itu bertema “Gerak Lagu untuk Anak Usia Dini”. Tanpa disangka dia bisa menjadi terbaik di Kaltim dan maju ke tingkat nasional.
“Di tingkat nasional saya terpilih menjadi peringkat enam terbaik,” tambahnya.
Di tahun 2015, Arin kembali mengikuti lomba serupa yang kali ini bertema alat permainan edukatif untuk anak usia dini. Dia kembali mendapat peringkat I di tingkat Bontang dan di tingkat provinsi.
Meski telah menjadi Guru PAUD Berprestasi, Arin mengaku tidak pernah terpikir menjadi seorang pengajar PAUD. Karena alumnus SMKN 1 Bontang ini awalnya ingin bekerja di pabrik sesuai dengan jurusannya saat sekolah, yaitu kimia industri.
Namun setelah melihat langsung proses produksi kimia di dalam perusahaan yang tidak sesuai bayangannya, Arin pun mengubur cita-citanya tersebut.
Kemudian dari salah satu lamaran kerja yang dikirimkannya, Arin lantas dipanggil menjadi guru PAUD di PAUD Terpadu Kuncup Melati PIKA-PKT, November 2005. Saat itu dia belum paham benar tentang apa itu PAUD. Yang diketahuinya waktu itu sebatas menjadi guru di taman kanak-kanak (TK). Beruntung PAUD Kuncup Melati PIKA-PKT turut melatihnya menjadi seorang pendidik PAUD.
“Dari situ saya belajar untuk menjadi seorang guru PAUD. Saya belajar dari guru-guru senior dan lewat media-media lainnya seperti internet melalui grup-grup para pendidik PAUD,” kata Arin.
Perlahan Arin mulai menikmati profesinya sebagai pengajar di kelompok belajar PAUD Kuncup Melati. Kebetulan dia memang suka dengan anak-anak. Sebagai guru, tugasnya adalah mengajarkan kepada anak-anak belajar sambil bermain. Dalam hal ini, Arin mesti pandai dalam menarik perhatian anak-anak agar memperhatikan materi yang dibawakannya.
Menyanyikan lagu memang menjadi metode yang paling disukainya dalam mengajar. Biasanya dia mencari lagu-lagu untuk kemudian dikreasikan agar sesuai dengan materi yang akan dibawakan kepada anak-anak. Dia pun suka membacakan cerita kepada anak-anak dengan perubahan intonasi suara. Hal ini menurutnya membuat anak-anak menjadi lebih tertarik.
“Untuk menarik perhatian ini bisa dengan beragam cara. Mulai dari membacakan cerita, melalui lagu-lagu, bermain boneka jari, atau membaca buku,” jelasnya.
Lewat berbagai pelatihan guru PAUD yang diikutinya, Arin semakin mengasah kemampuannya dalam mendidik anak-anak didiknya yang memiliki rentang usia 2-6 tahun. Termasuk mengikuti program beasiswa kualifikasi pendidik PAUD dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kaltim. Yaitu mengikuti pendidikan S1 PAUD di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda di tahun 2012. Saat kuliah itulah dia melewati perjuangan yang tidak mudah.
“Awal kuliah saya tengah mengandung anak saya yang kedua. Sehingga saya sempat tertinggal selama dua semester. Setelah anak saya lahir, saya kejar ketertinggalan saya. Saya mesti rela meninggalkan anak saya yang waktu itu masih berumur empat bulan,” kenang perempuan kelahiran Balikpapan, 31 tahun lalu ini.
Ujian Arin saat kuliah belum berhenti di situ. Ketika sedang berada di Samarinda dalam bimbingan pembuatan skripsi, dia mendapat kabar duka. Sang suami, Wahyudi dan putrinya, Delisha Nur Nafisah yang baru berumur tiga tahun mengalami kecelakaan. Bahkan putrinya tersebut sempat berada dalam kondisi koma. Arin pun langsung bergegas kembali ke Kota Taman demi menemui keluarganya tersebut. Padahal keesokan harinya, dia mesti melakoni kegiatan bimbingan skripsi.
“Alhamdulillah perjalanan saya waktu itu dimudahkan. Suami dan anak saya akhirnya sembuh. Setelah perjuangan yang panjang, saya berhasil menyelesaikan pendidikan S1 tahun 2016 kemarin,” tutur Arin.
Selama sepuluh tahun menjadi guru PAUD, banyak pengalaman berkesan dialami Arin. Termasuk keikutsertaannya dalam lomba Guru PAUD Berprestasi tingkat provinsi dan nasional. Sementara selama mengajar, dia menemukan beberapa murid yang membuatnya terharu. Di antaranya seorang murid berkebutuhan khusus yang memiliki masalah pendengaran.
“Saya terharu karena walaupun memiliki keterbatasan, namun dia bisa mengekspresikan perasaannya melalui gambar. Buat saya itu hal yang luar biasa. Selain itu ada juga murid pengidap autis yang asyik dengan dunianya sendiri. Setelah setahun di PAUD, dia mulai bisa berkomunikasi dengan baik,” ujar Arin bercerita.
Menjadi guru PAUD bagi Arin adalah bagaimana bisa memberikan contoh yang baik kepada anak-anak. Sebagai guru, sebisa mungkin dia menghindari perkataan bernada marah dan membentak. Karena hal tersebut bisa mempengaruhi karakter mereka. Pun begitu, sebagai seorang guru mesti bisa bersikap tegas namun tidak keras. Dalam hal ini tugas guru mengarahkan apa yang baik dan apa yang buruk kepada anak-anak.
“Karena anak-anak belum tahu, tapi mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi. Nah, orang dewasa harus memberikan contoh kepada mereka mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Misalnya mengajarkan kepada mereka di mana boleh berlari dan di mana yang tidak,” jelasnya.
Arin berharap ke depan PAUD bisa lebih berkembang lagi dan disorot pemerintah. Termasuk kesejahteraan para pendidiknya bisa lebih ditingkatkan. Dengan prinsip menjalani hidup seperti air mengalir, Arin ingin bisa menjadi sosok pendidik yang fleksibel. Sebagaimana air yang menyesuaikan bentuk sesuai dengan tempat yang dilewatinya.
“Di hadapan anak-anak, saya ingin menjadi seorang teman. Di hadapan orangtua murid, saya ingin menjadi guru yang memahami mereka,” pungkas Arin. (bersambung)
Nama: Arin Fathonah, S Pd
TTL: Balikpapan, 16 Oktober 1985
Suami: Wahyudi
Anak: Abdul Rohman Alghifary, Delisha Nur Nafisah
Pendidikan:
- SDN 007 Bontang Utara (lulus 1998)
- SMPN 1 Bontang (lulus 2001)
- SMKN 1 Bontang (lulus 2004)
- S1 PAUD Universitas Mulawarman (lulus 2016)
Alamat: Jalan Tari Enggang Nomor 23 RT 11 Guntung
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: