SANGATTA – Kenaikan harga sembako secara mendadak di momen tertentu seperti halnya hari raya dan tahun baru, tampaknya sudah menjadi budaya buruk di Kutim.
Entah apa penyebabnya, namun yang pasti masyarakat cukup dirugikan dengan mekanisme pasar yang demikian. Karena hanya menguntungkan para pengusaha tertentu saja. Sedangkan pedagang kecil dan konsumen menjerit.
“Ini merupakan kebiasaan buruk yang harus dicari penyebab dan solusinya. Karena perubahan harga dianggap tak wajar. Mulai dari secara mendadak dan terlampau tinggi. Kasihan kami sebagai pedagang dan sekaligus pembeli,” ujar Nawan salah seorang pedagang di Pasar Sangatta Selatan.
Hal ini dibenarkan Kepala UPTD Pasar Induk Sangatta (PIS), Bohari. Ia mengaku terjadinya lonjakan hanya di momen tertentu saja. Ini semua merupakan permainan pasar. Pada saat itu mekanisme pasar berlaku.
“Bisa juga banyaknya permintaan membuat kelangkaan. Jika langkah maka harga akan naik. Seperti itulah hukumnya . Tetapi pada saat terpenuhi semua, maka akan kembali normal. Begitupun di saat tertentu seperti lebaran. Kalau naik hanya sementara saja. Selepas itu normal lagi,” papar Bohari.
Seperti saat ini, harga sembako kembali normal. Padahal sebelumnya mengalami lonjakan yang signifikan . Lombok contohnya. Sebelum lebaran tembus Rp150 ribu, kini hanya Rp40 ribu perkilo. “Hampir 60 jenis produk dan 28 jenis barang, nyaris normal seluruhnya.
aiknya hanya pada saat lebaran kemarin saja. Setelahnya normal kembali,” jelas Bohari.
Bahkan ada yang mengalami penurunan. Seperti beberapa jenis cabe dan sayuran. Yang sedikit naik seperti ikan. Itupun tidak terlampau signifikan. “Naiknya perkiraan antara seribu hingga Rp5 ribu saja. Tetapi memang keadaan ikan saat ini sangat kurang. Salah satunya masalah gelombang,” katanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post