bontangpost.id – Harga jual tahu dan tempe di Bontang, Kaltim, dipastikan naik sekitar 20 persen mulai Sabtu (29/5/2021). Keputusan ini diambil Persatuan Pengrajin Tahu dan Tempe (PPTT) Bontang lantaran dipicu tingginya harga kedelai impor di pasaran.
Wakil Ketua PPTT Bontang Arif menjelaskan, hasil rapat bersama Diskop-UKMP, Senin (24/5/2021) kemarin siang, mereka diperkenakan menaikkan harga. Namun kenaikan tak boleh lebih dari 20 persen harga bahan baku yang ditetapkan pemerintah.
“Itu batas maksimalnya. Jadi kami tidak bisa lebih tinggi dari itu (naikkan harga),” kata Arif.
Kata dia harga ini tak berlaku surut. Artinya ketika nanti harga bahan baku tahu dan tempe, kedelai, di pasaran turun, maka harga jual pun akan diturunkan. Namun, bila kondisi sebaliknya terjadi, harga kedelai terus melambung, tak menutup kemungkinan harga tahu dan tempe di pasaran Bontang naik lagi. Adapun sebelum pandemi, sekarung kedelai dengan berat 50 kilogram dihargai Rp 375 hingga Rp 385 ribu. Sekarang Rp 580 ribu.
“Tentunya kami tidak berharap naik lagi. Bukan cuma kami dirugikan, masyarakat juga,” ungkapnya.
Dia berharap pemerintah dapat membantu pengrajin tahu dan tempe memperoleh bahan baku. Selama ini mereka sangat bergantung dari kedelai impor Amerika. Ini terjadi lantaran pengrajin kesulitan memperoleh kedelai lokal. Bahkan tidak pernah tahu bagaimana cara memperolehnya.
Bila kondisi ini berlanjut, tak mengherankan bila harga jual tahu dan tempe di pasaran akan mengikuti harga jual kedelai global. Persoalannya, sumber kedelai tunggal, impor Amerika dan Cina. Bila pengimpor menaikkan harga, pengrajin di tingkat bawah tentu tak bisa berbuat banyak. Beli tapi harga jual tempe dan tahu dinaikkan. Atau tidak produksi sama sekali.
“Kalau ada kedelai lokal, kami coba lah dicarikan link (jaringan). Kalaupun agak mahal, setidaknya itu akan kembali ke petani kita saja,” harapnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post