BONTANGPOST.ID, Bontang – Kekalahan paslon nomor urut satu Basri Rase-Chusnul Dhihin dan Najirah-Muhammad Aswar pada Pilkada Bontang tak sesuai prediksi pengamat politik dari Universitas Mulawarman Alberto Noviano Patty.
Awalnya ia memperkirakan selisih suara antara paslon nomor urut satu dan empat tidaklah jauh.
“Prediksi saya di awal tipis. Karena keduanya punya basis massa kuat dan persoalan atensi pemilih ke mereka berdua,” kata Alberto.
Namun, kata dia, tampaknya tingginya angka swing voter sebelumnya berhasil diakomodasi oleh Neni Moerniaeni-Agus Haris. Walhasil bisa memberikan kemenangan yang cukup telak.
Menurutnya faktor utama kekalahan petahana ialah pecah kongsinya antara Basri dengan Najirah.
Kondisi ini sudah diprediksi sejak awal. Akibatnya jumlah suara pun terbelah. Ia menyebutkan kemungkinan ada perbedaan cerita ketika dua nama ini tetap menjadi satu. “Basri salah mengambil langkah. Itu kata kuncinya,” ucapnya.
Dalam pandangannya, Neni yang menjadi petarung yang memanfaatkan situasi ini. Sementara Basri masih menggunakan cara lama ketika berhasil memenangkan Pilkada 2020.
Persoalannya ada perbedaan pasangan. Ia juga menyebut petahana menganggap sebagai sosok yang lebih siap dari pada lawannya.
“Padahal dia tidak siap dengan taktik lawannya. Jadi ini bukan seperti kutukan. Tetapi salah langkah,” tutur dia.
Berdasarkan hasil Pilkada Bontang, hanya satu kelurahan yang berhasil dimenangkan oleh Basri-Chusnul yakni Satimpo. Sementara 14 kelurahan lain justru keok dari Neni-AH. Perbedaan suara pun mencapai 15 ribu.
Sebelumnya, Basri menyatakan legawa dengan hasil pilkada yang ada. Kepada relawannya, dia memberikan apresiasi setinggi-tinggi atas perjuangan yang telah dilakukan. Menurutnya dalam sebuah kontestasi politik, ada kemenangan dan kekalahan.
“Pasti ada yang sakit hati, kecewa, dan galau. Tetapi inilah yang terjadi,” kata Basri.
Ia pun memberikan semangat kepada relawannya. Bahwa perjuangan tidak hanya berakhir saat ini. Basri pun memandang kegagalan ini sebagai keberhasilan yang tertunda. Basri pun menekankan komitmennya untuk berkontribusi meski tidak berada di pemerintahan.
“Setiap usaha yang kita lakukan pasti ada hikmahnya. Tentunya Bontang harus menuju ke arah yang lebih baik. Kami akan tetap menjadi oposisi yang membangun,” ucapnya.
Sikap legawa pun ditunjukkan dari paslon nomor urut tiga, Najirah-Muhammad Aswar. Najirah menyampaikan tidak ada masalah dengan siapa pun pemenang pada kontestasi politik ini. “Siapa pun yang terpilih saya hormati,” kata Najirah.
Meski demikian, dirinya akan menunggu hasil resmi yang dikeluarkan oleh KPU Bontang. Disinggung adakah perbedaan jumlah suara yang dihimpun timnya, dirinya justru tidak mengetahuinya. Namun, kegagalan ini juga menjadi hal lumrah dalam sebuah persaingan. (*)