JAKARTA – Rencana pembatasan ekspor bijih mineral yang akan diterapkan pemerintah 2017 mendatang membuat Jepang kelimpungan. Mereka pun meminta keran ekspor itu kembali dibuka. Namun, permintaan tersebut sepertinya sulit terealisasi. Sebagai gantinya, pemerintah meminta Negeri Sakura itu membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Indonesia.
Dengan begitu, Jepang tetap bisa mengolah mineral di Indonesia. Menko Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, untuk awal, Jepang diminta membangun smelter di daerah Morowali, Sulawesi Tengah. ”Rencananya mereka akan mengirim tim untuk melihat (Morowali, Sulawesi Tengah) sebagai model mereka,” ujar Luhut di Jakarta, kemarin (25/12).
Saat ini, kata Luhut, di Morowali terdapat smelter raksasa yang dibangun Tiongkok. Bangunan berkapasitas besar itu mengolah bijih nikel. Produk yang dihasilkan berupa stainless stell. Produk itu bernilai lebih tinggi ketimbang bijih nikel yang dijual mentah. ”Jepang meminta tetap ada ekspor nikel dan bauksit, tapi saya jelaskan kalau orang lain (Tiongkok) bisa buat (smelter), kenapa kalian tidak bisa,” terangnya.
Luhut mempersilahkan Jepang membangun smelter apa saja di tanah air. Dia pun membandingkan dengan Tiongkok yang lebih dulu berani membangun smelter di Indonesia. ”Saya sarankan silakan buat smelter apa saja yang mereka mau,” ungkap mantan Menko Polhukam ini. Luhut memang baru saja pulang dari Jepang untuk membahas rencana pemerintah melarang ekspor bijih mineral.
Rencana pelarangan ekspor bijih mineral itu untuk kesejahteraan rakyat. Kedepan, kapasitas industri pengolahan nasional akan terus ditingkatkan seiring kebijakan itu. ”Saya jelaskan pada PM (Perdana Menteri Jepang) Shinzo Abe bahwa itu dilakukan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia,” imbuhnya.
Sesuai PP Nomor 1/2014 tentang Pelaksana Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara menyebutkan kewajiban hilirisasi sektor tambang di mana ekspor mineral mentah dilarang mulai Januari 2017. Luhut sudah memastikan tidak akan memberikan celah untuk ekspor bijih nikel dan bauksit ke Jepang mulai 2017.
Dengan demikian, cadangan nikel dan bauksit bisa dimanfaatkan sepenuhnya di dalam negeri melalui hilirisasi. Bila diolah di tanah air, pemerintah mendapat nilai tambah daripada langsung mengekspor berbentuk mineral mentah. Pemerintah juga tidak perlu bergantung negara lain untuk mengimpor produk stainless steel. (tyo/JPG)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: