bontangpost.id – Saya ini pemula betul. Beberapa waktu lalu coba menyusuri hutan Kalimantan Timur. Tepatnya Karst Sangkulirang dan Kaliorang. Masih bagian luarnya. Belum jantungnya. Melelahkan memang. Tapi saya mau tegaskan: hutan Kaltim magis!
Adapun perjalanan ini diikuti awak media lintas daerah Samarinda dan Bontang; baik koran, daring, dan televisi. Perjalanan ini dilakukan selama 3 hari. Mulai 26-29 Juni 2020. Ini bukan sekadar jalan-jalan. Tapi perjalanan jurnalistik. Tujuannya jelas: mengeksplor potensi yang ada di sekitar Karst Sangkulirang. Potensi apapun itu. Dan melaporkannya secara gamblang.
Meski terkesan mendadak, sejatinya perjalanan ini disiapkan serius. Tapi memang, tidak panjang. Cuma dalam waktu sepekan. Dan rombongan ini langsung tancap gas. Oh iya, sponsor utama perjalanan ini ialah Polres Kutim dan Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispopar) Kutim.
Titik mulai di Bontang. Rombongan berangkat Kamis (25/6/2020) malam menuju Sangatta. Kami tiba sekitar pukul 23.00 Wita. Numpang tidur semalam di Home Base Sangatta Backpacker. Esok harinya (Jumat) ke Polres Kutim, ambil mobil, dan segera perjalanan panjang ini dimulai.
Kami tiba di Sangkulirang sekitar pukul 21.20 Wita. Mampir makan malam sebentar, lantas perjalanan dilanjutkan.
Lokasi pertama yang kami sambangi ialah Pemandian Air Panas Batu Lepoq. Berlokasi di Desa Batu Lepoq. Kami tiba sekitar pukul 22.10 Wita. Cukup larut memang, namun ini tak menyurutkan semangat teman-teman untuk melihat pemandian air panas alami yang berasal dari perut karst itu.
Di sana, kami sudah disambut Kepala Adat setempat, Minggu. Pria 54 tahun ini sangat ramah. Ia antar kami menuju pemandian. Sembari itu, ia bercerita banyak hal. Soal upaya melestarikan karst. Soal sumber air panas itu. Soal tantangan mengembangkan objek wisata itu. Hingga apa saja kekurangannya. Semuanya. Pelan-pelan dan detil.
Kata Minggu, dia tahu soal potensi air panas itu kala berusia 14 tahun. Orangtuanya yang memberi tahu. Dengan tujuan, Minggu dan warga setempat menjaga dan merawatnya. Sebagai bagian dari warisan leluhur mereka.
“Warisan tetua kami, leluhur kami. Orangtua minta saya menjaganya,” ujar Minggu.
Wisata air panas ini dibuka 2016 silam. Usai kolam-kolam tempat menampung air panas dibangun. Usai jalan menuju air panas dibangun pemerintah.
Pemandian Air Panas Batu Lepoq dikelola secara kolektif oleh warga setempat. Minggu, selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Batu Lepoq yang mengkomando pengelolaan. Namun tetap di bawah naungan Dispopar Kutim.
Tempat ini dibuka saban hari. Mulai pukul 09.00-16.00 Wita. Hanya dengan Rp 5 ribu rupiah, warga sudah bisa menikmati nikmatnya berendam di air panas alami ini. Bahkan sepuasnya. Sampai capai. Sampai pemandain tutup.
Catatan sedikit. Bukan karena namanya air panas, lantas ketika berendam airnya akan sepanas itu. Tentu tidak. Justru nikmat. Penat seketika hilang kala berendam. Juga, ketika ke tempat ini mesti hati-hati. Sebelum menuju kolam, pengunjung bakal menaiki tangga berbahan keramik. Masalahnya keramik itu basah terkena aliran air. Jadi hati-hati, jangan sampai tergelincir.
Ada dua kolam disediakan. Kolam untuk orang dewasa dengan ketinggian 1,5 meter. Dengan luas sekitar 4×5 meter. Ada kolam untuk anak-anak. Posisinya di bawah. Luasan kolam sekira 3×4 dengan kedalaman 30-40 sentimeter.
Cuma untuk ganti pakaian yang agak ribet. Karena cuma ada 3 kamar ganti, jadi siap-siap menunggu giliran kalau mau ganti baju basah.
Lokasi pemandian yang berada tepat di pinggir jalan membuatnya mudah diakses warga. Itu sebabnya, terlebih di akhir pekan, pengunjung bisa membeludak. Bahkan sampai 1.000 orang. Mereka berasal dari daerah sekitar. Katakanlah Berau, Kaliorang, Kaubun, bahkan Sangatta dan Bontang.
Lepas berbincang dengan Minggu, rombongan kami juga tak sabar menikmati sensasi berendam di air hangat ini. Terlebih kami baru saja menjalani perjalanan nan panjang. Dan akan ada perjalanan lain yang membentang esok harinya. Tak butuh lama, langsung lepas baju dan jeans, teman-teman langsung cebur. Itu buat jurnalis pria, ya. Yang cewek, sedikit ribet. Ganti-ganti baju. Termasuk saya.
Cerita ini berlanjut. Air Panas Batu Lepoq memang menggoda. Bikin kami susah beranjak dari kolam. Tapi sekalinya, ada yang lebih menggoda, memanggil-manggil dari kejauhan. Tak lain: puncak Karst Sangkukirang. (bersambung).
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post