BONTANG – Gereja Katolik Paroki Santo Yosef memperingati peristiwa kenaikan Isa Al-Masih dengan Ibadah Raya, tadi malam. Ibadah tersebut dipimpin oleh Pastor Hilario Didaktus N Nampar. Dalam Khotbahnya, pastor berpesan kepada agar umat Katolik di Bontang untuk menjadi saksi Kristus melalui sikap keteladanan hidup. Wujud nyata keteladanan hidup itu ialah kasih.
Ada empat Stasi atau wilayah yang bergabung dalam Ibadah Raya tersebut, yakni Gereja Katolik Santo Joseph di Kompleks Badak LNG, Santa Maria Imaculata di Kelurahan Kanaan, Santo Petrus di Loktuan, dan Hati Kudus Yesus di Guntung. Terdapat empat tahapan pada ibadah tersebut, yakni Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi, dan Ritus Penutup.
Ritus Pembuka ialah saat dimana Pastor beserta segenap para pelayan memasuki Altar. Setelah Ritus Pembuka, selanjutnya ialah Liturgi Sabda. Liturgi Sabda berupa pembacaan beberapa Nats Alkitab yang telah ditentukan, nats tersebut diantaranya KIS 1 : 1-11, Ef 1 : 17-23, dan Mat 28 : 16-20. Selain itu, pada Liturgi Sabda juga pastor memberikan renungan sesuai topik yang dijadwalkan.
“Kenaikan Tuhan Yesus ke surga menandakan kekuasaan, bukan dalam segi duniawi, tetapi kekuasaan di sini berupa keselamatan orang dan kasih persaudaraan,” terang Pastor Hilario Didaktus N Nampar.
Orang lebih terpikat dan terinspirasi untuk bertindak, melakukan aksi nyata, dan berubah ke arah yang lebih baik, bukan karena terpesona dan terpukau indahnya kata-kata, tetapi karena adanya keteladanan dalam sesamanya. “Menjadi saksi Kristus bukan hanya di mulut saja tetapi melalui keteladanan hidup,” ujarnya.
Dengan menjadi saksi-saksi Kristus, jemaat diminta untuk menjadi ‘garam dunia’ yang memberikan rasa sedap dan kenikmatan hidup kasih dalam persaudaraan. “Orang Katolik harus mampu menyinarkan dan memancarkan kasih, dan bukan malah menjadi batu sandungan, aktor, dan provokator,” paparnya dalam mengakhiri khotbah.
Setelah itu, jemaat Gereja Katolik Paroki Santo Yosef memasuki Liturgi Ekaristi. Dalam liturgi ini ada perjamuan untuk memaknai pengorbanan Yesus, serta Doa Syukur Agung. Doa Syukur Agung berisi rangkaian doa terhadap orang-orang yang sudah meninggalkan dunia terlebih dahulu dan mengingat peristiwa Konsekrir. Ibadah Raya ditutup dengan Ritus Penutup yakni doa berkat.
Terpisah, Pastor Hilario Didaktus N Nampar berpesan kepada umat Katolik di Bontang untuk menjadi saksi-saksi Kristus seperti apa yang diharapkan dan didoakan oleh Santo Fransiskus Asisi. “Bila terjadi kebencian jadilah pembawa damai, bila terjadi penghinaan jadilah pemberi pengampunan, bila terjadi kesesatan jadilah pembawa harapan, bila terjadi kesesatan jadilah pembawa kebenaran, bila terjadi kecemasan jadilah pembawa harapan, dan bila ada kegelapan jadilan pembawa terang,” ujarnya.
Ibadah Kenaikan Isa Al-Masih juga digelar Gereja Toraja Jemaat Imanuel Bontang. Gereja yang berlokasi di Jalan Zamrut RT 47, Berebas Tengah ini melaksanakan Ibadah dengan dipimpin langsung oleh Pendeta Christina Lebang.
Mendalami makna kenaikan Isa Al-masih ini, bahwa Tuhan menyiapkan tempat terindah buat setiap orang yang menjadi pembawa kasih dan damai. “Caranya mudah dengan tidak menjadi penyebar berita hoax dan penyebabkan kebencian,” tukas Pendeta Christina Lebang. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: