HARI jelang sore, tapi matahari masih terasa terik di langit Bontang. Suhu 30 derajat celsius menyiram alat pelindung diri (APD) lengkap yang membungkus sekujur tubuh. Peluh bercucur tak karuan. Tubuh basah sejadi-jadinya. APD itu membuat pergerakanya pun jadi lebih sukar. Belum lagi peti jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 yang makin membuat pekerjaan ini bukan main tantangannya.
Kisah soal bocah yang meninggal dengan status PDP ini jadi topik pembicaraan. Dari mulut ke mulut. Obrolan warung kopi. Ramai pula di berbagai platform media sosial. Seperti Facebook dan Instagram.
Sementara di dimensi lain, orangtua jenazah berduka. Berduka tanpa banyak yang tahu. Berduka karena sang buah hati kembali ke pangkuan Tuhan terlalu dini. Berduka dalam keadaan PDP Covid-19. Berduka karena tak bisa mengantar jagoan kecil mereka ke tempat peristirahatan terakhir. Berduka dalam sepi, dalam kungkungan isolasi.
“Mungkin itu pengalaman paling miris yang pernah saya saksikan selama jadi tim pemakaman Covid-19,” ujar Bambang Tri Mulyono.
Bambang adalah satu dari 20 orang yang ditunjuk sebagai tim pemakaman Covid-19 di Bontang medio Maret 2020 lalu. Ketika kasus perdana Covid-19 hadir di Bontang. Komposisinya, 3 dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, 17 dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertamanan (DPKPP) Bontang. Bambang sendiri berasal dari Dinkes Bontang. Di OPD itu, dia juga menjabat Kasi Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan Kesehatan Kerja dan Olahraga (Kesjaor).
“Kadang komposisinya 14 DKPP, sisanya Dinkes. Tidak tentu sih. Yang jelas, paling banyak dari sana (DKPP),” ungkapnya.
Tim pemakaman ini sejatinya satu paket dengan tim Satgas Penanganan Covid-19 Bontang. Mereka disiapkan kalau-kalau ada korban meninggal akibat Covid-19. Penunjukan mereka menimbang beberapa hal. Terutama soal kondisi tubuh. Harus tahan fisik agar kuat menjalankan tugasnya, mengkebumikan jenazah Covid-19. Harus kuat fisik, agar tak mudah terpapar virus SARS-CoV-2.
“Usia anggota tim mesti di bawah 40 tahun. Untuk menjaga kondisi tubuh, setiap kami diberi asupan gizi. Seperti susu steril dan vitamin,” bebernya
Tim tak ujug-ujug langsung memakamkan ketika ada korban meninggal. Sebelumnya, lepas ditunjuk, mereka mendapat pelatihan. Diajarkan soal protokol pemulasaran jenazah akibat Covid-19. Cara mengenakan APD yang baik, benar, serta aman. Diberi pemahaman soal bagaimana Covid-19 menular dan cara mencegahnya.
Kata Bambang, melakoni tugas ini tentulah menantang. Tuntutan keluarga barangkali tak banyak, sebab mereka cukup paham konsekuensi pekerjaan Bambang. Yang sejak dulu berkutat di pelayanan kesehatan masyarakat. Jadi harus siap meninggalkan rumah kapanpun, ketika tugas memanggil.
Protokol pemulasaran jenazah Covid-19 ini bukan main ribetnya. Sebelum tugas, kondisi tubuh anggota tim harus dipastikan. Bila tak sehat, tak boleh tugas. Ketika kondisi tubuh baik, mereka mesti pakai APD level dua. Meliputi face shield, masker, baju hazmat, kaos tangan, dan sepatu boots. Bukan main panasnya. Sesaknya pun. Belum lagi beban jenazah yang terbenam dalam peti membuat segalanya makin berat.
Ada hal lain yang membuat pekerjaan ini berat sekali. Bambang kerap tak kuasa menahan lirih, bila memposisikan diri sebagai keluarga korban meninggal akibat Covid-19. Terutama terkait protokol pemulasaran jenazah. Di mana tubuh yang sudah kaku itu mesti dibungkus plastik berkali-kali. Mulai sekujur tubuh hingga peti mati. Disemprot disinfektan berulang-ulang, untuk minimalisasi potensi penyebaran virus.
Hingga Minggu (22/11/2020) sudah 26 kasus meninggal akibat Covid-19. Itu artinya, sudah 26 kali Bambang menyaksikan keangkuhan Covid-19 yang merenggut segalanya hingga detik terakhir. Keluarga korban tak bisa berkumpul, memberi penghormatan, atau pelukan terakhir, kepada terkasih mereka yang berpulang. Apalagi melakukan ritual-ritual seperti dalam kepercayaan agama mereka. Jenazah dikebumikan dalam sendiri. Keluarga hanya bisa meratap dalam jauh.
“Kalau bayangkan itu rasanya lirih sekali. Keluarga pasti sedih sekali,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: