MATARAM-Lengkap sudah penderitaan korban gempa Lombok. Hunian tetap (Huntap) yang diharapkan tidak kunjung rampung. Hunian sementara (Huntara) tempat mereka berteduh pun hancur diterjang angin kencang. Bencana yang bertubi-tubi membuat warga tidak punya daya. Air mata pun kembali tumpah di pulau seribu masjid.
Kesedihan itu terlihat di wajah-wajah warga Dusun Karang Bedil, Kecamatan Gangga, Lombok Utara. Angin kencang meluluhlantakan hunian mereka. Pantauan Lombok Post, sore kemarin, beberapa Huntara milik warga disapu angin.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD NTB Agung Pramuja menyebutkan, 73 KK dengan 127 jiwa menjadi korban angin kencang di Dusun Karang Bedil, Desa Gondang, Kecamatan Gangga. Sejak pagi tim sudah turun memberikan bantuan. Warga diberikan terpal sebagai tempat berteduh sementara. BPBD NTB mengirimkan 150 lembar terpal, beras 200 kg, dan lauk pauk bagi korban.
”Langkah pertama kami selamatkan warga terlebih dahulu,” katanya, kemarin (23/1).
Hujan dengan intensitas sedang sore hingga pagi kemarin juga menyebabkan air pasang di Desa Gindang. Sebanyak 18 KK dan 41 jiwa rumahnya terendam air. Kemudian di Dusun Kerakas, Desa Genggelang rumah 34 KK dengan 117 jiwa terendam air pasang.
Bencana tidak hanya terjadi di Lombok Utara, tetapi juga terjadi di daerah lain. Seperti di Kota Mataram, pohon tumbang di 12 titik, angin puting beliung di Lingkungan Pejeruk, Kelurahan Pejeruk, Kecamatan Ampenan empat rumah rusak ringan.
Angin juga merusak sejumlah fasilitas pendidikan seperti spandek MAN 1 Mataram roboh, genting dan plafon ruang klas jebol. Atap SDN 26 Mataram jebol, untuk sementara sekolah di liburkan.
Kemudian di Kabupaten Bima terjadi dua bencana. Pada pukul 03.00 Wita terjadi gelombang pasang dan angin kencang di pesisir pantai Desa Kore, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima. Hal itu mengakibatkan satu unit rumah rusak parah dan tiga rumah rusak ringan. ”Kondisi ini membuat kita harus waspada, tim BPBD saat ini tetap kami siagakan,” ujarnya.
Waspada Cuaca Ekstrem
Prakirawan BMKG Stasiun Bandara Internasional Lombok (BIL) I Gusti Agung Angga menjelaskan, hasil analisa dinamikaa atmosfer sejak 22 Januari, terdapat aliran massa udara basah dari Sumudera Hindia yang masuk ke wilayah Jawa, Kalimantan, Bali, NTB, hingga NTT. Bersamaan dengan itu, masih kuatnya musim dingin asia dan hanganya suhu muka laut di perairan Indonesia menyebabkan pertumbuhan awan cukup tinggi.
Dari pantauan pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya daerah pertemuan angin yang memanjang dari wilayah Sumatera bagian selatan, laut Jawa, Jawa Timur, Bali, NTB hingga NTT.
Pantauan BMKG melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) menemukan ada tiga bibit badai tropis di wilayah Indonesia. Salah satu bibit siklon ada di laut timur (94S). Hal itu berpotensi meningkatkan potensi badai tropis dalam tiga hari ke depan. ”Serta meningkatkan potensi cuaca ekstrem berupa angin kencang dengan kecepatan di atas 25 knot di wilayah NTB,” jelas Agung Angga.
Diperkirakan dalam tujuh hari ke depan, 23-29 Januari berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang – lambat yang disertai kilat petir dan angin kencang. Hujan lebat bisa terjadi pada pagi, siang dan malam hari di seluruh wilayah NTB.
Angga menambahkan, tidak hanya hujan lebat, masyarakat nelayan juga diminta mewaspadai potensi gelombang tinggi. Ketinggian gelombang cukup ekstrem yakni 4 – 6 meter. Gelombang tinggi berpotensi terjadi di perairan Selat Bali, Selat Lombok, dan Selat Alas Bagian Selatan.
”Masyarakat kami imbau waspada terhadap angin kecang, ujan lebat, longsor, pohon tumbang, dan gelombang tinggi,” imbuhnya.
Kepal-kapal penyeberangan diminta mewaspadai cuaca ekstrem dan selalu memperhatikan peringatan dini cuaca dari BMKG. Bila gelombang terlalu berbahaya disarankan menunda penyeberangan. (ili/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post