SAMARINDA- Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Kaltim pada periode Januari 2019 mengalami penurunan 70 kunjungan dibandingkan bulan sebelumnya. Selain momen awal tahun bukan musim liburan para turis, mahalnya tiket pesawat juga berpengaruh.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Atqo Mardiyanto mengatakan, jumlah wisman yang berkunjung ke Kaltim pada Januari 2019 tercatat sebesar 146 kunjungan. Jumlah itu berkurang 70 kunjungan, dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 216 kunjungan.
Sementara itu, jumlah wisman pada Januari 2019 mengalami penurunan jumlah jika dibandingkan periode Januari 2018 yang mencapai 253 kunjungan. “Secara kumulatif, pada periode Januari 2018–Januari 2019 wisman yang berkunjung ke wilayah Bumi Etam telah mencapai 2.804 kunjungan,” ujarnya, Selasa (5/3).
Dia menjelaskan, menurut asal negara wisman yang berkunjung pada Januari 2019, terbanyak dilakukan wisatawan asal Singapura, Australia, dan India. Ketiga negara tersebut peranannya mencapai 51,37 persen terhadap total kunjungan pada Januari 2019.
“Terjadinya penurunan wisman harus menjadi catatan penting. Harus semakin banyak tempat wisata yang digenjot agar bisa mendongkrak jumlah wisman,” terangnya.
Terpisah Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kaltim HM Zulkifli mengatakan, penurunan wisman tentunya terjadi akibat belum membaiknya harga tiket pesawat. Masih mahalnya tiket saat ini tentunya berdampak pada kedatangan wisatawan. “Ini tidak hanya terjadi pada kunjungan wisman saja, tapi kunjungan wisatawan lokal juga menurun,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, harusnya Kaltim bisa mendapat kunjungan jauh lebih banyak. Namun, mahalnya tiket pesawat, serta bagasi yang berbayar memang mulai berdampak pada kedatangan orang asing. Berlibur ke Kaltim memang tidak banyak dijadwalkan wisatawan mancanegara. “Namun, para turis Asia yang sudah menjadwalkan sebelumnya jadi terhambat karena biaya naik tidak sesuai bujet awal,” tuturnya.
Menurutnya, wisman biasanya sudah punya jadwal liburan setahun sebelumnya. Sehingga sudah merencanakan liburan jauh-jauh hari. Kalau harga tiketnya saja sudah naik, maka akan ada perubahan jadwal, atau malah menunda untuk berlibur.
“Pemerintah memang harus mencari solusi. Mungkin untuk okupansi dan sebagainya belum terlalu terdampak namun dalam jangka panjang pasti akan terdampak,” jelasnya.
Dia mengatakan, kalau tidak ada solusi maka tidak ada kepastian biaya transportasi. Ini yang sulit disusun para pelancong. Saat ini, sektor ini semakin sulit berkembang. Sehingga wajar secara data terjadi penurunan kunjungan.
“Sekarang orang yang berangkat keluar kota saja, benar-benar untuk urusan bisnis. Kalau hanya sekadar berjalan-jalan pasti menunda, karena tiket sedang mahal,” pungkasnya. (*/ctr/ndu/k15/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: