bontangpost.id – Arus lalu lintas di Jalan Mulawarman, Poros Sangatta-Bengalon, Desa Sepaso Barat, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur (Kutim) nyaris lumpuh akibat banjir. Alhasil terjadi penumpukan kendaraan sekitar 1 kilometer.
Kepala Terminal Dinas Perhubungan (Dishub) Kutim Mattoreang mengatakan, banjir mulai menggenangi Jalan Mulawarman sepekan terakhir. Namun dalam 4 hari terakhir, kondisinya semakin buruk, dan membuat mobilitas pengendara terhambat. Hujan yang terus mengguyur Desa Sepaso Barat belakangan ini, ditambah pasang air laut diduga menjadi penyebab banjir.
“Kemarin-kemarin masih bisa lewat lah. 4 hari ini yang parah,” kata Mattoreang ketika disambangi di lokasi, Kamis (9/12/2021) siang.
Lebih jauh dia menjelaskan, kendati direndam banjir, sejatinya pengendara masih bisa melintasi jalan. Hanya saja, akibat gerusan air, ditambah beban berat kendaraan yang melintas, menyebabkan terjadinya pengikisan aspal jalan.
Diketahui, Jalan Mulawarman Poros Sangatta-Bengalon adalah jalan trans provinsi yang dilalui banyak kendaraan berbobot besar. Alhasil, lubang di badan jalan yang mulanya kecil, lambat laun membesar seiring banjir yang tak kunjung surut.
“Ada sekitar satu meter lebih yang lubang seperti gorong-gorong. Yang lubang itu kan pas di pertemuan antara aspal dan cor-coran. Jadi karena banjir terus, terkikislah itu materialnya dihanyutkan air,” bebernya.
Sejumlah kendaraan besar, seperti truk dan mobil kontainer masih bisa melintas kendati harus ekstra hati-hati. Sementara kendaraan berbobot kecil, beberapa memaksa melintasi jalan. Ada yang berhasil lewat, ada yang tertahan di tengah jalan berlubang yang digenangi banjir. Kendaraan yang tertahan kemudian harus dibantu kendaraan lebih besar untuk keluar dari kubangan.
Sementara motor praktis tidak bisa melintas. Beberapa warga kemudian menyulap ban karet menjadi kapal darurat untuk mengangkut motor guna melintasi banjir. Ada pula pengendara yang nekat mendorong motor di tengah luapan banjir.
Mattoreang bilang, belum ada tindakan konkret pemkab setempat guna menanggulangi persoalan ini. Untuk mengurangi ketinggian lubang di badan jalan, warga secara swadaya mencari bekas aspal atau kerikil, kendati itu tak bertahan lama.
“Kalau sudah ditumpuk, sebentar saja itu. Karena hanyut lagi nanti dibawa air,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post