UPAYA mafia untuk menggoda tim sepakbola dilakukan dengan berbagai cara. Gagal membujuk manajemen dan pelatih, pemain jadi sasaran. Itu yang dialami Tito, nama samaran manajemen Bontang City FC. Saat mengarungi Liga 3, timnya terus mendapat bujukan untuk mengalah. Tentunya diimingi bakal dapat gelontoran rupiah. Berikut petikan wawancara Kaltim Post (induk Bontangpost.id) dengan Tito saat ditemui di kediamannya, Rabu (18/12/2019) lalu.
Baca juga: Peluit Mafia Liga 3 Sasar Bontang City FC
Dari mana mafia itu mendapat nomor telepon Anda?
Saya juga awalnya tidak tahu, karena selama di Kediri hanya berhubungan dengan LO (liaision officer). Tapi saya curiga dari pemain saya sendiri. Soalnya dia pernah kirim WA (WhatsApp) kalau ada seniornya di salah satu klub meminta nomor saya.
Senior itu apakah pemain aktif?
Iya. Dia pernah satu klub dengan pemain saya.
Apakah nomor telepon itu sama dengan mafia yang menghubungi Anda?
Saya tanyakan dengan pemain saya, apakah itu (menyebut tiga digit terakhir nomor telepon) nomor seniornya. Ternyata sama. Dan nomor itu juga yang awalnya
menghubungkan saya dengan mafia.
Pemain Anda ada kemungkinan sudah dikendalikan mafia?
Saya tidak ingin menuduh. Saat manager meeting sebelum pertandingan lawan Perseta saya sampaikan kalau ada tawaran dari mafia. Kami semua kompak menolak. Tapi pemain yang memberikan nomor telepon saya tidak dimasukkan ke DSP (daftar susunan pemain). Tapi itu bukan karena dia benar terlibat. Hanya untuk jaga-jaga. Sebelumnya, dia selalu kami mainkan.
Dalam percakapan dengan mafia, Anda menyebut David. Siapa dia?
David itu mafia asal Malaysia. Dia yang bikin Bontang FC terlibat pengaturan skor. Tapi katanya bos mafia yang menghubungi saya di atasnya David.
Yang menghubungi Anda apakah juga orang Malaysia?
Orang Indonesia. Logatnya dari Jawa Timur.
Kenapa ngotot menolak? Bontang City kan juga sulit untuk lolos…
Sejak awal kami sepakat untuk fight. Sejak dulu, saya tidak mencari hidup dari sepak bola. Tapi menghidupi sepak bola. Kasihan pemain sudah bekerja keras kalau ujungnya kami terima tawaran mafia. Kami juga butuh lolos ke 16 besar, karena musim depan tidak perlu lagi mulai dari (Liga 3) Zona Kaltim.
Bagaimana cara kerja mafia mengatur skor?
Saya diberitahu kalau mau menerima maka harus mengikuti aturan main mereka. Menit ke berapa saja harus kebobolan.
Apa sempat ada keinginan untuk menerima tawaran itu?
Ha ha ha. Kami sebenarnya ingin menjebak mafia itu. Pura-pura menerima supaya bisa ketemu. Tapi takut kalau datang justru kami yang dijebak. Karena kan kalau bertemu 99 persen sudah deal. Kami berharap Perseta juga dimasuki, supaya diminta mengalah. Biar kami bisa lolos. Ha ha ha.
Di stadion, apakah ada mafia yang mendatangi?
Sebelum pertandingan mereka masih menghubungi, tapi saya tidak angkat. Di stadion juga tidak ada yang mendatangi. Tapi di tribun ada empat penonton yang kami curigai pemain judi online. Mereka sudah terlihat sejak main di Stadion Segiri (Zona Kaltim), pemain saya yang kasih tahu.
Tahu dari mana kalau itu pemain judi online?
Waktu di Samarinda mereka pernah meneriaki pemain saya untuk menambah gol. Di Kediri sempat saya sapa, “Sampai ke sini juga?” Tapi mereka cuma diam. Biasanya, pemain judi online itu tidak fokus ke pertandingan. Lebih banyak melihat handphone. (*/ak/edw/riz/kp)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post