SAMARINDA – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi yang berlaku sejak 1 Juli lalu menuai protes keras dari kalangan aktivis Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimtara). Sebagai bentuk protes, para mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di Simpang Empat Mall Lembuswana Samarinda, Kamis (5/7) kemarin.
Aksi demo ini dilakukan terkait kenaikan harga BBM yang dinilai memberatkan masyarakat kelas bawah dan menuntut peran pemerintah dalam pembentukan kebijakan yang harusnya lebih pro kepada rakyat.
Ketua Umum KAMMI Wilayah Kaltimtara, Muhammad Teguh Satria mengatakan, alasan mereka menggelar aksi yakni karena pemerintah lagi-lagi menaikkan harga BBM. Pihaknya menganggap kenaikan harga bahan bakar ini menjadi polemik tersendiri bagi masyarakat.
“Kami melihat kebijakan kenaikan BBM nonsubsidi ini diiringi dengan kelangkaan BBM subsidi di sejumlah daerah di Kaltim. Seolah masyarakat dipaksa untuk membeli BBM nonsubsidi,” ujarnya.
Ia juga mengkritisi kebijakan kenaikan BBM yang tidak disosialisasikan secara terbuka sebelumnya. Mengingat kegiatan presiden yang tak pernah luput dari pantauan kamera. Orang nomor satu di Indonesia itu memiliki banyak kesempatan untuk menyosialisasikan kebijakan tersebut.
“Kebijakan yang seharusnya demi kemaslahatan masyarakat umum malah dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Masyarakat seolah ingin dibiasakan dengan sesuatu yang bersifat kejutan,” jelasnya.
Sehingga, ia pun menganggap, kenaikan harga BBM ini cukup membahayakan di tengah kondisi perekonomian masyarakat yang sedang lesu. Selain dikarenakan kenaikan harga BBM nonsubsidi yang dibarengi kelangkaan BBM subsidi, ada kemungkinan kenaikan harga BBM akan diiringi dengan naiknya harga barang-barang dan produksi lain.
Tidak hanya BBM, KAMMI Kaltimtara juga menyoroti perihal gas elpiji yang sudah mulai langka. Dan kebijakan ini diiringi dengan wacana pemerintah untuk meluncurkan kebijakan gas yang tidak disubsidi.
Dengan pola yang seperti ini, ia mengatakan, masyarakat secara tidak langsung dipaksa untuk membeli karena BBM dan gas elpiji merupakan kebutuhan primer, walau dengan harga tinggi. Secara tidak langsung masyarakat dipaksa untuk menerima kebijakan tersebut. “Untuk itu, kami menuntut pemerintah agar menjadi pihak-pihak yang melindungi masyarakat,” tegasnya.
Lebih lanjut Teguh juga mengatakan aksi ini sebagai peringatan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib masyarakat umum khususnya di Kaltimtara. “Sekaligus mengajak elemen pemuda dan mahasiswa untuk bangkit dan mengawal kepemimpinan pemerintah dari pusat hingga daerah,” pungkas dia. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: