Dilestarikan Warga Lembah Ujung, Ajang Silaturahmi Masyarakat
BONTANG – Ada tradisi unik digelar warga Lembah Ujung, Kelurahan Berebas Tengah, usai seseorang berhasil menyelesaikan (mengkhatamkan) Al-quran. Tradisi asal Sulawesi Barat (Sul-Bar) itu disebut Mappatamma’. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia, Mappatamma’ mengandung makna khataman massal.
Mappatamma’ ini semacam upacara khataman Al-quran, di mana orang yang telah selesai membaca Al-quran sebanyak 30 juz selanjutnya akan dilakukan semacam “wisuda”. Seluruh keluarga dekatnya pun turut hadir.
Setiap orang yang telah selesai mengkhatamkan bacaan Al-qurannya, dan telah dinyatakan layak, maka orang tersebut harus melewati beberapa tahapan seperti dimandikan di dalam perahu. Proses memandikannya dilakukan oleh tujuh guru mengaji mereka, dengan diiringi musik rebana.
“Ini filosofinya sebelum di khatam, disucikan dulu dirinya,” ujar Syarifudddin, Koordinator Penyelenggara Mappatamma’ di Lembah Ujung, Minggu (15/1) lalu.
Usai dimandikan, peserta khataman selanjutnya berpakaian seperti halnya jemaah haji yang baru pulang dari tanah suci Mekkah. Dengan dibimbing satu guru mengaji, selanjutnya mereka mengaji Al-quran dari awal hingga 30 juz .
“Kegiatan mengajinya kami mulai dari malam hari. Selanjutnya, pagi harinya kami lanjutkan dengan acara intinya,” terang Syarif.
Usai mengkhatamkan bacaan Al-quran, peserta diarak keliling dengan cara dipikul oleh keluarganya, dengan tetap diiringi musik rebana. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembacaan surah-surah pendek dan ditutup dengan doa.
“Kalau di kampung, diaraknya menggunakan kuda. Karena di sini (Lembah Ujung, Red) tidak ada kuda, maka kami menggunakan cara dipikul saja. Kalau dia perempuan, harus mahramnya yang memikul,” jelasnya.
Kata Syarif, ini merupakan bentuk penghargaan tertinggi kepada para peserta khataman Al-quran, yang telah menyelesaikan bacaannya dengan baik dan benar. Kendati begitu, bukan berarti setelah khatam ini peserta menjadi seseorang yang ahli ataupun sudah tidak lagi membaca Al-quran.
“Khataman ini juga bisa sekaligus menjadi perangsang yang lainnya, agar dapat ikut mengkhatamkan Al-quran,” tambahnya.
Kedepan dirinya berharap, kegiatan ini bisa terus dilaksanakan agar dapat terus melestarikan budaya Sul-Bar di Bontang. Dengan adanya kegiatan ini, juga sekaligus menjadi ajang siaturahmi antara sesama masyarakat maupun dengan pemerintah.
“Semoga pihak pemerintah juga dapat men-support dana. Karena kami akui, kendala yang kami rasakan yaitu kurangnya dana,” tandasnya. (bbg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: