SANGATTA – Sampah sudah menjadi permasalahan umum di Kutai Timur. Beruntung pengrajin daur ulang dapat mengurangi
volume sampah anorganik dengan membuat berbagai produk.
Seorang pengrajin daur ulang sampah, Rosna Nurbaya menjelaskan dirinya sangat menyukai kerajinan. Mengubah sampah menjadi rupiah ia lakukan sejak 2007 silam. Bermula mengikuti pelatihan mendaur sisa kemasan pewangi pakaian menjadi tas.
“Awalnya 2007 lalu PT.KPC mengadakan kegiatan daur ulang di Wisma Raya Sangatta. Saya dan beberapa anggota lainnya tergabung dalam pelatihan tersebut. Lalu kami dibina hingga saat ini,” jelasnya.
Dirinya memaparkan perjuangannya saat merintis, mencari sampah untuk membuat satu karya tidak mudah. Pasalnya ia dan kawan-kawan harus mencari sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sangatta.
“Dulu itu cari sampah sulit sekali. Kita harus gali-gali di TPA. Entah nyari sisa sabun cuci, pewangi baju, atau baliho bekas. Ya seperti pemulung pokonya,” jelas Nega (nenek gaul) sapaan akrabnya.
Nenek berusia 55 tahun tersebut tidak patah semangat. Dalam melakukan segala kegiatan. Dirinya selalu berupaya ikhlas.
Baginya sampah bukanlah musibah. Melainkan dapat membawa berkah.
“Nenek itu punya motto. Kalau menurut saya di dalam sampah terdapat mutiara yang indah. Kalau kita bisa mengelolanya. Dulu memang sampah tapi sekarang berkah. Alhamdulillah,” ucapnya.
Ia bersama ketiga sejawatnya membentuk tim kerja bernama Haviera. Tim tersebut dibentuk untuk menangani daur ulang sisa kemasan pewangi baju menjadi tas, dompet dari kresek, sampul buku dari sisa kemasan sabun cuci piring, bahkan taplak meja dan tas dari sabut kelapa.
“Kalau banyak orderan nenek bagi tugas sama kelompok Haviera. Tapi kalau orderan perorangan nenek kelola sendiri,” paparnya yang juga seorang kader kesehatan Kutim.
Lebih dari 10 tahun ia bekerja sosial. Ia merasakan perubahan setiap tahunnya. Baginya saat ini semakin mudah menjalani kegiatannya. Karena mencari sampah tidak sesulit dulu. Banyak warga yang memberinya sampah siap kelola. Dia memberi karyanya sebagai bayaran bagi yang menyumbangkan sampah padanya.
“Kadang orangnya tidak mau dibayar. Jadi kita kasih tas saja untuknya,” jelasnya.
Ia mampu mengalahkan pesaing yang masih muda. Menorehkan prestasi baginya sangat dia syukuri. Memenangkan beberapa perlombaan hingga mendapat puluhan piala.
“Juara 1, 2, dan 3 sudah saya peroleh. Sangat saya syukuri ketika menjadi juara dalam menangani sampah,” ujarnya.
Dirinya berharap kegiatan daur ulang dapat terus berlanjut. Tidak akan pernah berhenti hingga kapanpun. Dan semua aksesoris dapat tersedia di Sangatta.
“Jadi tidak sulit memesan dari luar kota,” kata Rosna. (la).
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: