Oleh sejawat sesama pengemis, Legiman dikenal rajin dan daerah operasinya banyak. Namun, klaim punya rumah dan tanah di kampung asal dibantah sang kepala desa.
————–
PUJIANTO mengamati foto itu untuk beberapa saat. Tak lama kemudian kepalanya menggeleng.
”Ndak kenal saya. Sepertinya bukan orang sini dia,” katanya kepada Jawa Pos Radar Kudus yang menemuinya di sebuah warung kopi di Desa Ngawen, Kecamatan Margorejo, Pati, Jawa Tengah, kemarin (14/1).
Yang dilihat Pujianto adalah foto Legiman alias Lek Man Ceker. Dan, Ngawen adalah desa yang disebut pengemis yang terjaring razia satpol PP di Kota Pati Sabtu malam lalu (12/1) itu sebagai tempat asalnya.
Yang menghebohkan, Lek Man Ceker mengantongi buku tabungan dan kartu ATM dengan nilai mencengangkan. Saldo di rekeningnya Rp 900 juta. Kalau ditambah dengan rumah senilai Rp 250 juta dan tanah seharga Rp 275 juta yang dia klaim berada di Desa Ngawen, total uang dan asetnya mencapai Rp 1,425 miliar.
Kemarin Jawa Pos Radar Kudus berusaha menelusuri pengakuan Man Ceker itu. Menurut Pujianto, desa tempat tinggalnya tersebut tak terlalu besar. Dan, seperti umumnya warga desa, semua orang saling mengenal. Minimal tahu meski tidak akrab.
”Wajahnya sih mirip orang yang saya kenal, namun tidak cacat. Ini orangnya cacat, tangannya tidak sempurna,” terangnya.
Bagus, warga lain, juga mengaku tak kenal dan tak pernah melihat pengemis yang dimaksud. Untuk lebih memastikan lagi, Jawa Pos Radar Kudus menemui Kepala Desa Ngawen Sunarto.
Jawabannya serupa. ”Itu bukan warga saya,” katanya saat foto tersebut diperlihatkan.
Legiman terjaring razia bersama tiga pengemis lain. Semua mengaku rata-rata bisa membawa pulang uang Rp 100 ribu dalam sekali operasi.
Imam Rifai, sekretaris yang mewakili Kepala Satpol PP Kabupaten Pati Hadi Santoso, mengungkapkan, empat pengemis tersebut dijaring dari daerah Lawet dan Puri. ”Kami juga temukan, ada yang sudah mengantongi uang receh Rp 685 ribu. Itu katanya sepi,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Kudus.
Para pengemis yang diamankan itu kemudian dijemput keluarga masing-masing. Dengan jaminan surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Data yang tercatat di satpol PP pun sebatas nama Legiman dan alamat di Desa Ngawen tersebut. Saat diinterogasi, Legiman mengaku tak membawa kartu identitas.
Karena itu, selain mencari ke desa yang disebut sebagai kampung asal, Jawa Pos Radar Kudus berusaha menelusuri tempat Lek Man Ceker biasa mangkal. Antara lain, perempatan Puri depan GOR Pesantenan, Pati. Namun, pengemis tersebut tak tampak.
”Sabtu pagi biasanya memang di sini. Daerahnya banyak, selain di sini, juga ke pasar-pasar,” kata seorang pengemis di depan GOR Pesantenan yang enggan disebutkan namanya.
Saat ditanya alamat rumah Legiman, dia mengaku hanya tahu bahwa pengemis tersebut berasal dari Desa Ngawen. Selebihnya, dia tidak mengenal.
Pencarian dilanjutkan ke perempatan Lawet, Bleber, dan Rogowangsan. Namun, dari tiga tempat tersebut, hanya ada dua pengemis di perempatan Rogowangsan. Seorang anak dan ibunya.
Penelusuran diteruskan dengan berusaha mencari Lek Man Ceker di Pasar Rogowongso. Namun, hasilnya juga nihil.
”Kalau ngemis, dia memang terkenal ngoyo. Pendapatannya banyak, tasnya juga selalu penuh,” kata pengemis di depan GOR Pesantenan itu.
Menurut Imam, di antara empat pengemis yang terciduk, tiga orang berasal dari luar Kabupaten Pati. Hanya Legiman yang mengaku sebagai warga Pati.
Dia menduga, bagi mereka, mengemis adalah pekerjaan ”profesional”. ”Kami tambah yakin saat menggelar razia tempat kos. Ada tempat kos yang diakui sang pemilik memang menjadi kantong para pengemis dan pengamen yang beroperasi di wilayah Pati,” tutur Imam.
Katakanlah benar itu pekerjaan profesional, untuk ukuran Pati yang tergolong kota kecil, berapa omzet mereka tiap hari? Kok sampai tabungan Lek Man Ceker sedemikian besar? Dan, apakah ada yang mengorganisasi?
Masih banyak pertanyaan lain. Kelak, kalau Lek Man Ceker sudah ketemu, teka-teki itu mungkin akan terjawab. (*/c11/ttg/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post