bontangpost.id – Rasanya sudah tak ada yang bisa Ferawati harapkan dari rumahnya. Semua sirna. Dilahap api. Tiang-tiang penyangga rumah yang sedianya kokoh kini hangus. Jadi arang. Perabotan rumah dan seluruh sisa-sisa kenangan masa kecilnya tak ada beda. Habis pula, digigit api. Beberapa masih bisa dikenali, tapi tak bisa lagi digunakan. Sementara yang lain sudah jadi debu. Yang tersisa, tinggal keping kenangan soal rumah yang sudah Ferawati huni sejak zaman sekolah, sekira 20 tahun silam.
“Semua habis. Tidak ada sisa sudah,” katanya kala berbincang dengan bontangpost.id, Sabtu (15/8/2020) siang.
Ferawati merupakan salah satu korban kebakaran besar yang terjadi di Jalan Sam Ratulangi, Kelurahan Tanjung Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan, Rabu (12/8/2020). Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 03.00 Wita itu memang mengakibatkan puluhan rumah terbakar. Sementara ada 88 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal. Adapun kawasan itu memang dikenal padat penduduk. Pun banyak indekos yang berjejer.
Rumah sudah hangus. Itu membuat Ferawati sedih, tentu saja. Namun kesedihannya makin jadi. Sebab dalam pendataan yang dilakukan otoritas setempat, namanya tak tercatat sebagai korban. Hanya nama ibunya. Padahal di sana ada dua rumah milik keluarganya yang habis. Satu milik ibunya, satu kepunyaannya. Kedua rumah bersebelahan. Pun dalam wilayah administratif sama, RT 15.
“Cuma rumah mama saya yang didata, saya tidak,” ujarnya lirih.
Kala kejadiaan nahas itu terjadi, Ferawati tak di rumahnya di Jalan Sam Ratulangi itu. Tapi di Kecamatan Kaliorang, Kutai Timur (Kutim). Sudah sejak tiga tahun lalu memang dia tinggal di sana, ikut suami. Tapi kartu tanda penduduk (KTP) dan kepemilikan rumah tak berubah. Atas nama Ferawati, warga Jalan Sam Ratulangi, RT 15 Tanjung Laut Indah.
Rumah milik ibunya, kata Ferawati, ditempati adiknya. Sang adik ikut jadi saksi hidup kejadian mengenaskan itu. Rumah dilahap api. Yang bisa diselamatkan cuma baju yang menempel di badan. Sementara rumah Ferawati kosong. Cuma, saban bulan dia sambangi. Untuk sekadar dibersihkan atau lepas rindu dengan tetangga sekitar rumah.
“Sebulan sekali lah saya pulang. Rumah dilihatin. Ada juga adik bantu rawat rumah di sana. Kalau mama sudah ikut saya ke Kaliorang,” bebernya.
Usai kebakaran itu, Pemkot Bontang mulai mendata warga korban kebakaran. Ada puluhan nama dicatat. Tapi sayangnya nama Ferawati tak ada. Padahal ia merasa ikut jadi korban. Meski saat itu tak berada di lokasi. Setidaknya jelas, rumahnya ikut dilahap api.
“Saya juga korban ini. Tapi enggak didata,” ujarnya.
Dia coba mencari solusi akan masalah ini kepada RT setempat. Ketika ditanya, ketua RT mengatakan nama Ferawati tak didata karena sudah ada nama ibunya. Itu dinilai cukup. Karena rumah mereka berdekatan. Hanya dipisahkan petakan.
“Padahal pemiliknya ada dua itu. Mama dan saya,” katanya.
Sebenarnya Ferawati merasa diperlakukan tak adil. Dia berusaha memperjuangkan haknya juga. Meski rumah itu tak mungkin kembali sedia kala. Tapi setidaknya ada sedikit bantuan diterima sebagai gantinya.
“Cuma saya bingung. Mau kemana,” tanyanya.
Terpisah, Lurah Tanjung Laut Indah, Muhammad Adnan menuturkan telah mendengar keluhan warga itu. Dia meminta jangan panik bila belum dicatat. Data korban kebakaran belum final. Hingga kini pihaknya masih melakukan pendataan dan verifikasi. Bila terbukti, pasti akan dimasukkan dalam data korban kebakaran.
“Data belum final. Kalau ada data baru akan kami tambah,” ujarnya kala dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Adapun bila ada warga yang merasa kepentingannya tak diakomodir dengan baik di RT, dia memperkenankan warga tersebut langsung melapor ke kelurahan. Pihaknya akan memasukkan data mereka, dan bakal dipanggil semua. Baik yang sudah diverifikasi sebagai korban, pun mereka yang nasibnya belum jelas.
“Akan kami panggil semua. Jangan khawatir,” ujarnya.
MINTA PERMUDAH URUS DOKUMEN
Sementara, anggota DPRD Bontang, Bakhtiar Wakkang meminta pemerintah memberi sedikit pengecualian bagi korban. Beri mereka kemudahan untuk mengurus kembali dokumen-dokumen penting yang habis dilahap api.
Musibah ini terjadi dini hari, sekira pukul 03.00 Wita. Kala sebagian besar korban sejatinya sedang terlelap. Ketika kebakaran terjadi, praktis mereka tak bisa menyelamatkan dokumen penting atau berharga. Karena kaget, hanya baju di tubuh yang bisa dibawa. Sianya tak bisa. Pun bila nekat, nyawa mereka bisa jadi taruhan. Api pun dengan cepat melebar. Lantaran kebakaran terjadi di kawasan padat penduduk.
“Mohon agar seluruh stakeholder bisa memfasilitasi warga korban kebakaran agar dimudahkan dalam pengurusan dokumen penting yang terbakar,” pinta politisi Partai Nasdem ini. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post