BONTANGPOST.ID, Bontang – Setiap mimpi mesti ada perjuangan. Setiap perjuangan mesti ada pengorbanan. Neisya Syaza Vardian, gadis yang lahir 2013 lalu ini tengah berjuang menembus impiannya. Kecintaannya pada bulutangkis membawa langkahnya maju dengan semangat yang merekah.
Neisya tumbuh di tengah keluarga yang familiar dengan bidang olahraga, terutama bulutangkis. Saat usia Neisya menginjak lima tahun, ia dan kakaknya kerap diajak oleh ayahnya ke lapangan bulutangkis. Mengayunkan raket, sekadar bermain asal-asalan. Tidak disangka, hal itu justru memantik minat Neisya dalam bidang olahraga bulutangkis.
“Saya lihat saat itu dia (Neisya) ingin sekali ikut latihan. Saya carikan sepatu. Sayangnya belum ada sepatu seukurannya saat itu,” sebut Eko Vardian, ayah Neisya.
Setelah beberapa lama, sepasang sepatu akhirnya terpasang manis di kedua kaki Neisya. Meski masih kebesaran, sepatu itu siap menemani langkah Neisya dalam meniti mimpinya menjadi atlet. Ia bergabung dan berlatih bulutangkis di PB PAMA INDO.
Latihan dijalaninya dengan semangat dan tekad kuat. Hal itu pun terlihat jelas dari mata sang pelatih. Neisya pun sempat mengikuti sejumlah pertandingan. Memenangkan turnamen, bahkan membawa dirinya berada di posisi pertama. Misalnya Turnamen Bulutangkis Kapolres Bontang Open 2023, Kejuaraan Bulutangkis Piala Direksi Pupuk Kaltim Open 2023, hingga Bulutangkis Walikota Balikpapan Open 2023.
Prestasi yang ditorehnya tak membuat Neisya berpuas diri. Mimpinya kian membumbung untuk menjadi atlet internasional, seperti Praveen Jordan. Atlet asal Bontang yang mewakili Indonesia dalam beberapa kompetisi bergengsi tingkat dunia. Apalagi, Praveen Jordan pernah menyambangi PB PAMA INDO. Kala itu, pebulutangkis yang pernah berlaga pada Sea Games Singapura 2015 itu memberi motivasi kepada atlet usia dini. Menumbuhkan kebanggaan tersendiri karena Neisya dan Praveen berasal dari tanah kelahiran yang sama.
Sesuatu yang masih diingat Neisya hingga sekarang. Tidak ada sebuah pencapaian yang prosesnya instan, sebab memerlukan pengorbanan materi dan waktu.
“Satu yang paling berat adalah pisah dari keluarga,” ujar Eko.
Setelah lama berlatih di Bontang, Neisya terbang ke Bekasi dan bergabung dengan klub PB Nawasena. Sudah setahun Neisya meningkatkan kemampuannya di sana. Berlatih keras dan tetap meyakini bahwa suatu saat, ia pasti dapat mencatatkan namanya mewakili Indonesia.
Eko juga menyebut, Neisya tak mengeluh dan tetap semangat menjalani latihannya di seberang pulau itu. Hingga rela tidak pulang saat hari raya idulfitri tiba.
“Saya, bunda, dan saudaranya tentu merasa sepi karena harus lebaran tanpa Neisya,” sebutnya.
Menurutnya, perjalanan putrinya itu masih panjang. Neisya sukses mengantongi super tiket audisi umum PB Djarum 2024 KU11. Kesempatan besar yang berpeluang mendekatkan mimpi Neisya.
“Alhamdulillah lolos ke tahap karantina, jadi perjuangannya pun harus semakin besar,” lanjut dia.
Di samping perjuangan Neisya dalam bidang bulutangkis, pendidikannya di bangku sekolah tak lantas terabaikan. Kesibukannya tak membuatnya lupa akan kewajibann sebagai siswa. Selama di Bekasi, murid yang duduk di banku kelas enam sekolah dasar ini belajar secara daring.
Adapun sebagai orangtua, Eko dan istrinya selalu mengatakan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Bila dikerjakan dengan sungguh-sungguh, pasti bisa. Begitu juga kalau dikerjakan setengah-setengah, hasilnya juga hanya setengah.
“Saya selalu sampaikan ke Neisya. Tugasnya hanya berusaha, hasilnya serahkan kepada Allah SWT,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post