Epilepsi Kambuh, Jasad Dipancing
SANGATTA – Seorang pemuda bernama Andika (24) warga Dusun Masabang RT 03 Sangatta Selatan tenggelam di Sungai Sangatta sekira pukul 06.00 wita Minggu (27/8) kemarin. Kejadian berawal saat Andi–sapaan akrab Andika–mulai menjalankan aktivitas sehari hari sebagai operator ponton nomor dua Masabang. Sekira pukul 04.30, dirinya mulai berbenah menuju ponton untuk memberikan jasa angkut kepada warga.
Tepat pukul 05.55 wita, Andi memuat satu penumpang. Mesin dihidupkan. Ponton mulai berjalan. Saat kendaraan tradisional ini berada di tengah sungai, ia kejang kejang. Pada saat itu pula langsung tercebur ke dalam sungai.
Sontak saja penumpang paru baya tersebut teriak sejadi jadinya untuk meminta tolong. Bukan hanya karena Andi tenggelam, melainkan nyawanya turut terancam.
Pasalnya, ponton tersebut hilang kendali. Berputar putar di atas air. Turun naik, kiri kanan. Teriakan semakin menjadi. Beruntung, operator ponton lainnya cepat bergegas. Ponton bisa dikendalikan. Penumpang selamat namun trauma.
Pada saat bersamaan, Akmal Husairi (24) sepupu korban langsung mencari keberadaan koran. Ditemani satu temannya Baim (23), langsung merapatkan beberapa ponton untuk memagari korban. Dikhawatirkan akan hanyut. Usaha tersebut belum berhasil.
Timbul ide untuk memancing korban. Pancing dijajar. Hanya membutuhkan waktu 10 menit akhirnya korban berhasil ditemukan. Pancing tersangkut di celana .
Korban langsung diangkat ke rumahnya dan dilarikan kerumah sakit. Naas, nyawanya sudah tak tertolong. Ia tewas.
“Dia sudah meninggal. Ini sudah kehendaknya. Kami terima saja, ” ujar Akmal yang saat itu masih bersedih.
Akmal menceritakan, anak ke dua pasangan dari Afrianto dan Husni ini memang memiliki riwayat penyakit. Yakni epilepsi atau ayan. Cukup lama menderita penyakit mematikan tersebut.
“Ini sudah yang kedua kalinya dia (Andi) kumat. Pada saat itu di ponton juga. Hanya saja pontonnya lagi diam menunggu penumpang. Jadi dia jatuh di lantai saja. Nah sekarang saat ponton jalan makanya jatuh ke sungai,” terang Akmal.
Dirinya cukup menyesal atas kejadian ini. Seharusnya sepupu satu kalinya tersebut dikawal saat bekerja. Terlebih sebelumnya penyakitnya sempat kambuh di tempat yang sama.
“Dia juga sedang masa pengobatan. Dia rajin minum obat sudah. Tetapi sudahlah. Tuhan berkendak lain. Ini sudah takdirnya,” katanya. (dy/hd)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post