SAAT proses pemberian teguran kedua dilakukan, sejumlah pedagang menyampaikan keluh kesahnya kepada petugas. Salah satunya yang diminta oleh Nanang, ia berharap agar bangunan baru Pasar Rawa Indah segera diselesaikan.
“Cepatlah dikerjakan, daripada bangunannya terbengkalai. Selama ini terbengkalai banyak barang yang hilang di dalam,” kata Nanang saat ditemui di lapaknya, Senin (3/9) kemarin.
Ia mengaku mempunyai lapak sebelum terjadinya kebakaran di Pasar Rawa Indah pada tahun 2013 silam. Saat ini, Nanang terpaksa mengontrak di samping bangunan pasar sementara dengan ukuran 3×7 meter sejak tahun 2014. Senilai Rp 30 juta per tahunnya.
“Saya menaruh barang hingga di atas parit karena barangnya tidak cukup dengan luas lapak kecil. Toh, orang lain juga menaruh dagangannya seperti saya,” ucapnya.
Nanang pun juga mempertanyakan dengan adanya upaya penggusuran ini. Diakuinya, selama ini kondinya aman-aman saja. Ia pun menyebut Pemkot Bontang tidak konsisten dalam meneggakkan peraturan. Terlebih batasan mengenai area yang dilarang pun tidak jelas.
“Kalau mau digusur kan selama ini aman-aman saja kenapa tiba-tiba ada penggusuran. Maksudnya apa? Namanya kawasan pasar pasti macet kalau tidak macet namanya jalan tol,” geramnya.
Harapan yang sama juga diucapkan oleh Nurfida. Pedagang sayur-mayur ini meminta agar mendapat lapak di bangunan baru pasar nantinya. Meskipun statusnya tidak memiliki lapak sebelum musibah kebakaran terjadi.
“Saya berharap bisa dapat lapak kalau tidak terpaksa berjualan di depan rumah. Atau saya juga bakal menggeluti usaha lain seperti membuka warung,” ucap Nurfida.
Ia mengaku tidak memiliki lapak di bangunan sementara karena harga sewa yang mahal. Dikatakannya dalam satu bulan wajib membayar Rp 1 juta. Kondisi ini membuatnya harus memilih berjualan di halaman rumah saudaranya sendiri.
“Kebetulan rumah belakang ini milik saudara saya. Saudara saya memberi izin untuk berjualan di sini (atas parit, Red.),” ucapnya.
Lilis pedagang buah di Jalan KS Tubun juga tidak setuju adanya upaya penertiban oleh aparat gabungan. Mengingat saat berada di bangunan pasar sementara, barang dagangannya kerap membusuk. Lantaran sepinya animo pembeli.
“Jadi di dalam itu sepi banget kadang jualan saya sampai busuk karena tidak laku. Oleh sebab itu saya pindah ke depan saja,” katanya dengan nada yang tinggi.
Namun ada pula pedagang yang memilih pasrah. Seperti yang dilakukan oleh Sagena, ia memilih akan memundurkan dagangannya lantaran secara regulasi memang telah dilanggar. Namun Sagena meminta kepada petugas supaya tidak tebang pilih dalam melakukan penertiban.
“Kalau saya disuruh mundur ya tidak apa-apa, tetapi saya berharap jangan sampai saya mundur tetapi ada pedagang lain yang maju tidak ditertibkan,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post