bontangpost.id – Ketua Asosiasi Industri Kerajinan (Asik) Bontang Hadarudin mengatakan pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) cukup berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan mereka beberapa hari ini. Kendati begitu, jumlahnya tak terlalu signifikan. Mengingat masih ada sejumlah pembatasan yang pemerintah terapkan.
”Ya, alhamdullilah ada lah. Lumayan bila dibanding hari biasa,” kata Hadaruddin ketika disambangi bontangpost.id di Ido Niaga, Jalan Sultan Hasanuddin, Berbas Pantai, Bontang Selatan, Kamis (9/6/2021) siang.
Pelaku industri kerajinan tak bisa maksimal menyerap potensi bisnis selama event akbar ini digelar. Mengingat pemerintah melarang mereka menjajakan produk langsung di seluruh venue MTQ. Yang jumlahnya ada 10 venue.
Pembatasan ini diambil sebab pemerintah menghindari potensi kerumunan yang diciptakan pembeli dan pedagang. Sebabnya, opsi yang ditawarkan kala itu, pengrajin boleh menampilkan produk di venue, tapi tak perlu dijaga. Cukup ditampilkan saja.
”Kalau cuma didisplay, ya untuk apa. Kan begitu,” ujanya.
Tidak hilang akal, Asik menawarkan usulan alternatif ke pemerintah melalui Diskop-UKMP. Agar mereka tetap bisa diberdayakan. Yakni, mengarahkan seluruh delegasi kafilah dan tamu pemerintah keliling ke sentra kerajinan atau pusat cinderamata. Selain di Ido Niaga, pusat cideramata di Bontang berpusat di UKM Center, Jalan HM Thamrin, Api-Api, Bontang Utara.
”Kami tawarkan seperti itu, bisa di UKM Center, Ido Niaga, atau tempat lain,” ungkapnya.
Usulan itupun diterima. Usai berlaga, sebut Hadaruddin, delegasi kafilah biasanya diantar penghubung (Liaison officer/LO) untuk menyambangi sentra kerajinan. Hadarudin mengaku, cara itu rupanya cukup mendongrak pendapatan mereka. Khusunya di Ido Niaga. Tempat ia berdagang juga. Meski begitu, nilainya tak terlalu signifikan. Mengingat tak seluruh delegasi atau tamu pemerintah diarahkan keliling sentra kerajinan. Hanya beberapa saja.
Hadarudin menaksir, ada sekitar 100-an tamu MTQ yang menyambangi Ido Niaga. Mereka tidak datang bersamaan. Namun berdasar daerah asal masing-masing. Dari tamu-tamu tersebut, tentu tak semua melakukan transaksi. Dia menaksir, peningkatan omzet pengrajin di Ido Niaga selama MTQ berada di angka 60-70 presen.
”Sebenarnya masih kurang. Tapi tetap harus disyukuri. Jelas ada peningkatan kalau dibanding hari biasa,” ungkapnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: