BONTANG – Penyakit HIV/AIDS terus menjadi momok warga Bontang. Pasalnya, hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah penderita. Hingga November 2019, 48 penderita terdeteksi.
“Itu menyamai angka penderita baru pada 2018 sebanyak 48 orang,” ujar pengurus Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Bontang Survive Plus, Marsel, kepada awak media.
Dengan kondisi itu, ia bersama rekannya prihatin. Dari angka 48 tersebut, Marsel menyebut, sekitar 60 persen pengidapnya adalah ibu rumah tangga (IRT). Hal ini tentu memiliki faktor tersendiri hingga terjangkit virus HIV/AIDS.
“Itu salah satu penyebab kenapa banyak IRT yang mengidap. Kami sangat prihatin dengan kondisi ini karena trennya setiap tahun meningkat,” tuturnya.
KDS yang berdiri sejak 2016 terus konsen melakukan sosialisasi bagaimana cara menghindari penyakit HIV AIDS serta mendorong para penderita untuk menjalani pengobatan yang tersedia di rumah sakit.
“KDS menjadi mitra kerja Dinas Kesehatan Bontang. Kami terus melakukan sosialisasi kepada penderita. Penggunaan pengaman dalam berhubungan intim juga salah satu faktor,” tuturnya.
Meningkatnya penderita disertai sulitnya pengawasan. Yakni, banyaknya pekerja seks komersial (PSK) yang menawarkan jasa melalui media daring. Ini tentu sulit dijangkau, baik pemerintah maupun organisasi yang peduli terhadap HIV AIDS.
“Tapi berdasarkan data kami, baru 47 penderita. Itu sesuai laporan yang masuk melalui sistem online,” sebut Kabid Pencegahan Penyakit Diskes Bontang, Diana Nurhayati.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan angka ini, yakni melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan menempatkan konselor HIV/AIDS di setiap fasilitas kesehatan di Bontang. Berdasar Data Diskes Bontang, sejak 2006–2019 tercatat 421 orang mengidap HIV/AIDS. Sebanyak 224 laki-laki dan 197 perempuan. (*/rsy/kri/k16/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post