SAMARINDA – Dibukanya rute penerbangan nasional melalui Bandar Udara (Bandara) APT Pranoto Samarinda memberikan dampak positif sekaligus dampak negatif. Nilai positifnya memberikan kemudahan masyarakat dalam bepergian ke luar daerah. Sisi negatifnya, naiknya minat masyarakat menggunakan jasa transportasi udara mendongkrak angka inflasi.
Manager Tim Pengembangan Ekonomi Kantor Bank Indonesia (BI) Wilayah Kaltim, Christian mengakui hal itu. Menurutnya, harga jual tiket dihampir semua situs online mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Terutama pascadibukanya rute penerbangan luar daerah melalui Bandara APT Pranoto.
Kondisi serupa juga terjadi di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan. Christian menyebut, naiknya harga jual tiket dihampir semua jenis pesawat tak bisa lepas dari tingginya minat masyarakat menggunakan jasa penerbangan.
“Di Bandara APT Pranoto harga tiket Samarinda-Jakarta untuk Pesawat Garuda sudah di atas Rp 2 juta. Begitupun di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan,” katanya.
Diakui Christian, merangkak naiknya angka inflasi, memang tak bisa dilepaskan dari pasca beroperasinya penerbangan luar daerah di Bandara APT Pranoto Samarinda dalam sebulan terakhir.
“Kalau minggu kemarin sebenarnya masih deflasi. Cuma kami kan enggak tahu riilnya seperti apa. Tapi memang yang perlu kita khawatirkan hanya pada kenaikan harga tiket. Kalau pada November saja sudah naik, berarti di Desember bisa lebih tinggi lagi,” katanya.
BI Kaltim menargetkan inflasi di Desember berada di angka 3,4 persen. Khususnya untuk indeks harga konsumen (IHK). Sedangkan untuk pangan, BI menargetkan inflasi berada di angka 4,4 persen. Walau begitu, BI ingin sampai akhir tahun inflasi di bawah 4 persen.
“Inflasi pangan yang paling penting (kita tekan, Red.). Kalau inflasi IHK, oke sesuai sama target. Tapi kami masih berusaha. Hasil survei pemantauan harga (SPH) kami sampai minggu ketiga November, masih di bawah, masih deflasi,” tuturnya.
Walau sebelumnya, dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan terjadi inflasi. Namun pada rapat lintas sektoral bersama Pemkot Samarinda, Kamis (29/11) lalu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) justru mendapatkan adanya penurunan harga.
Tak hanya itu, Perusahaan Daerah Pergudangan dan Aneka Usaha (PDPAU) Samarinda telah melakukan upaya antisipasi terhadap kenaikan harga sejumlah komoditas. Di antaranya dengan menyiapkan daging ayam ras beku di sejumlah pasar di Samarinda.
“Mereka (PDPAU, Red.) bekerja sama dengan pihak ketiga. Nanti akan dipasok sekira satu ton per harinya kalau nggak salah. Harganya sekitar Rp 34 ribu,” kata dia.
Walau pertengahan November lalu harga ayam ras segar dijual Rp 28 ribu per kilonya. Namun menurut dia, harga jual daging ayam beku yang dipasarkan PDPAU Samarinda sudah cukup baik. “Tugas kami sekarang melakukan edukasi kepada masyarakat, agar mau menggunakan daging beku seperti daging sapi. Kualitasnya juga bagus,” imbuhnya.
Selain itu, Pemkot Samarinda telah membangun kerja sama perdagangan lintas daerah. Terutama dengan daerah tetangga seperti dengan Kabupaten Enrekang, Bantaeng, dan Makassar di Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Sebelumnya kerja sama business to business sudah jalan. Nah, dengan adanya kerja sama antarpemerintah, ya harusnya semakin baik,” tandas Christian. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: