bontangpost.id – Tingkat kerentanan lingkungan semakin vulnerable (rentan). Terhadap peristiwa-peristiwa bencana alam, khususnya Kaltim dengan persoalan banjir. Hal itu disampaikan Pengamat Lingkungan Kaltim Bernaulus Saragih.
Menanggapi peristiwa banjir di provinsi tetangga, Kalimantan Selatan (Kalsel). Dia menyebut jika kondisi banjir dipengaruhi beberapa faktor. Selain curah hujan tinggi, juga kemampuan daerah tangkapan air yang terganggu.
“Nah, ketiga kita tidak melakukan perbaikan terhadap daya dukung lingkungan untuk mengantisipasi peristiwa banjir terutama di musim hujan seperti sekarang,” ujarnya.
Bernaulus menyebut saat ini peristiwa anomali. Diikuti dengan daya dukung daerah tangkapan yang rusak, diikuti pembangunan drainase atau kanal yang tidak baik. Walhasil, sungai meluap luar biasa. Paket komplit untuk menyebabkan banjir.
Apalagi diikuti dengan pendangkalan sungai yang tak bisa dihentikan. Saat kiriman air dari hulu, tentu membawa sedimentasi yang menyebabkan sungai kian dangkal. “Ya kalau dibandingkan kita tidak kurang juga potensi bahaya. Tapi memang belum lebih buruk dari Kalsel (kualitas hutan), tapi ya sudah buruk,” lanjut dia.
Akademisi Fakultas Kehutanan Unmul itu menyebut jika Kalsel nyaris tidak memiliki hutan. Diubah menjadi area perkebunan karet, sawit hingga lokasi pertambangan. Sedangkan Kaltim, masih ada beberapa walau memang diakui terus mengalami kerusakan.
“Di kita ada beberapa cuman ya bagi daerah-daerah terpencil di Mahakam Ulu (Mahulu) kayak di Long Pahangai. Wilayah Kutai Barat (Kubar). Itupun terus-menerus mengalami kerusakan, makin lama parah. Ya pembangunan infrastruktur, pembukaan pertanian dan sebagainya,” kata Bernaulus.
Potensi banjir di Kaltim tinggi. Bernaulus mengatakan jika kondisi cuaca ekstrem saat ini sulit diprediksi. Pengaruh iklim global. Dia mengatakan jika Kaltim mestinya konsekuen menjaga kawasan-kawasan hutan untuk dilestarikan.
“Tapi kenyataannya sulit. Kalau diperhatikan perambahan dimana-mana, pembukaan hutan didominasi baik pemerintah maupun masyarakat,” sebutnya. Dia mengatakan jika kawasan hutan lindung atau konservasi juga semakin banyak disentuh tangan-tangan manusia.
“Sungai Mahakam itu daerah tangkapannya luas, kalau buruk? Ya bahaya justru bisa lebih dari Kalsel kita. Dulu saya pernah bilang, dalam tempo 40-50 tahun lagi jika tidak ada tindakan untuk memperhatikan kualitas daerah tangkapan, Samarinda akan tenggelam,” tegasnya.
Bernaulus juga menyebut jika kemungkinan kondisi banjir diperparah dengan pasang air laut. Air kiriman dari hulu, bertemu dengan air laut dan berkumpul di daerah rendah, Samarinda.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, penyebab banjir ada tiga. Yang manusia bisa lakukan hanya di penyebab ketiga, berkaitan dengan perbaikan kualitas tangkapan air (water site management), daerah alisan sungainya.
“Agar hujan dapat diserap hutan. Kemudian disimpan di dalam tanah, tidak langsung melimpas ke permukaan dan masuk ke sungai. Ini solusi mudah sederhana, tapi dalam praktiknya tidak banyak yang berkomitmen dan konsisten akan itu,” ujarnya.
Debit air berbanding lurus dengan volume curah hujan. Terkait juga dengan luas daerah. Manusia tidak bisa mengendalikan curah hujan, tak bisa pula mengubah luas sungai. Hanya bisa memperbaiki kualitas resapan air.
Banjir dan longsor adalah peristiwa yang berkelindan. Begitu juga potensi bencana longsor di Kaltim. Seluruh daerah berpotensi. Bernaulus menyebut jika umum terjadi di daerah perumahan, tanah dikeruk. Sehingga air mengikis dan menambah beban berat tanah. Ketika melebihi porsi daya tahan rekat dengan tanah yang lain, terjadilah longsor.
“Saat hujan air melimpas langsung ke sungai dan laut, maka saat kemarau Sungai Mahakam surut dan air asin masuk. Ini kan sudah terjadi berkali-kali di kita, kesulitan sumber bahan baku air,” paparnya.
Bernaulus menyimpulkan jika memang kondisi alam sudah semakin rentan. Sehingga berpotensi besar terhadap ancama peristiwa bencana. Sadar dengan memperbaiki dan melestarikan lingkungan untuk mencegahnya. (rdm/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post